Jelang Debat Perdana Presiden AS: Serangan Trump Dinilai Tidak Konsisten
Kompas dunia | 30 September 2020, 03:00 WIBBeberapa pendukung presiden mengatakan mereka tetap yakin bahwa Trump memiliki waktu dan keterampilan politik untuk menyalip Biden di tahap terakhir ini.
"Presiden Trump memiliki banyak amunisi siap pakai yang telah dia gunakan secara efektif di jalur kampanye," kata Ed Brookover, seorang ahli strategi Partai Republik yang pernah bertindak sebagai penasihat kampanye Trump tahun 2016.
Tetapi secara pribadi, banyak kalangan Partai Republik masih bingung dengan agenda Trump tahun ini. Pada tahun 2016, Trump dengan terampil mengidentifikasi dan memangsa kelemahan para pesaingnya. Namun kali ini, tampaknya Trump masih mencari cara paling efektif untuk mendefinisikan Biden, hingga tahap akhir kampanye tahun ini.
“Rata-rata pemilih perlu mendengar pesan yang sama sekitar delapan kali untuk mengingatnya, apalagi mempercayainya. Dan sebagian besar pemilih tidak menghabiskan hari-hari mereka untuk membaca berita politik,” kata Ben LaBolt, mantan penyusun kampanye Obama dan ajudan Gedung Putih. "Trump telah melempar banyak anak panah ke papan, tetapi tidak satupun dari mereka yang mengenai sasaran," tambahnya.
Ini bukan karena kurangnya upaya dari pihak Trump. Di Twitter dan di acara kampanye, Trump selama berbulan-bulan telah melancarkan berbagai serangan terhadap Biden.
Dia pernah menyerang karir politik Biden yang panjang dan melontarkan klaim yang tidak berdasar tentang hubungan bisnis putra Biden dengan Ukraina. Seiring dengan waktu yang semakin sempit, beberapa serangan Trump terlihat palsu, contohnya adalah tudingan bahwa Biden mungkin menggunakan narkoba selama debat. Tidak ada bukti yang bisa digunakan Trump untuk mendukung tudingan ini.
Sedangkan serangan Trump pada kampenye 2016 dianggap lebih sistematis dan mengena. Pada 2016, dia menuding Hillary Clinton sebagai politisi licik. Dan memberi bukti berupa email yang diretas dari WikiLeaks, yang mengungkapkan secara rinci tentang bagaimana pola kerja menyimpang yang dilakukan Clinton selama menjadi Menteri Luar Negeri.
“Dia berhasil membuat kampanye lebih banyak untuk (menguliti) Hillary Clinton pada 2016, daripada tentang dirinya sendiri,” kata Newhouse. “Tapi tahun ini, dia sulit untuk melakukan itu lagi.”
Penulis : Tussie-Ayu
Sumber : Kompas TV