Lockdown di kota Melbourne, Mahasiswa Asing: Rasanya Seperti di Neraka
Kompas dunia | 21 September 2020, 05:53 WIBRaiyan bukan satu-satunya pelajar internasional yang terdampak Covid 19. Banyak pelajar di Australia yang kehilangan pekerjaan karena pandemi. Kesulitan semakin nyata, karena sebagian besar dari mereka tidak dapat mengakses situs pencari kerja.
Pemerintah dan universitas sempat menyediakan bantuan, dan mahasiswa yang telah bekerja lebih dari 12 bulan bisa mendapatkan fasilitas pensiun.
Namun pada April lalu, Perdana Menteri Australia Scott Morrison memperingatkan para pelajar di Australia, bahwa mereka harus kembali ke negara asal jika tidak bisa melanjutkan pembiayaan kuliah secara mandiri. Karena saat ini pemerintah tidak dapat memberi bantuan lagi pada mereka. Fokus pemerintah Australia saat ini adalah untuk membantu warga negara mereka sendiri yang juga kesulitan menghadapi pandemi.
Beberapa pelajar internasional di Australia memang pulang ke negara masing-masing. Sedangkan mahasiswa yang lain masih mencoba bertahan dengan mengandalkan tabungan yang tersisa. Ada juga yang kini mengandalkan dana pribadi dari keluarga.
Hingga kini, masih banyak mahasiswa yang kebingungan, apakah tetap bertahan di Australia atau memilih untuk pulang ke negara asal.
Mahasiswa internasional di Australia sudah mulai kehabisan tabungan, namun kembali ke negaranya juga bukan pilihan mudah. Saat ini, membeli tiket penerbangan internasional sangatlah sulit. Jika pun ada penerbangan untuk pulang, harganya bisa dipastikan sangat mahal. Selain itu, resiko terinfeksi Covid 19 di negara asal mungkin sangat besar.
Kini, banyak mahasiswa internasional di Australia, khususnya di negara bagian Victoria yang menggantungkan hidup pada sumbangan dari pihak lain. Pandemi Covid 19 memang dirasa berat bagi semua lapisan masyarakat, namun bagi para perantau di negara lain, kesulitan hidup dirasa semakin nyata karena harus menghadapi sendiri tanpa bantuan dari keluarga.
Penulis : Tussie-Ayu
Sumber : Kompas TV