Isu Penculikan Anak Picu Bentrokan di Wamena, Begini Antisipasi untuk Orangtua Menurut Psikolog UGM
Tips, trik, dan tutorial | 24 Februari 2023, 12:48 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Bentrokan antara warga dengan aparat keamanan di Kampung Sapalek, Jalan Trans Irian, Wamena, Jayawijaya, Papua Pegunungan diduga dipicu dari isu penculikan anak yang tersebar di tengah masyarakat, Kamis (23/2/2023).
Awalnya, sekelompok warga menghentikan seorang pengendara mobil dari Kampung Yomaima yang melintasi daerah tersebut pada Kamis siang. Warga mencurigai pengendara mobil itu sebagai bagian dari komplotan penculikan anak.
Saat polisi mencoba untuk menghentikan aksi main hakim warga atas sopir mobil tersebut, warga justru menyerang petugas menggunakan batu serta panah.
Hingga Jumat (24/2) pagi, polisi mengabarkan bahwa kejadian ini telah menyebabkan sembilan orang meninggal dunia.
Baca Juga: Kronologi Kerusuhan di Wamena Papua Pegunungan: dari Hoaks Penculikan Anak hingga 9 Orang Tewas
Terkait antisipasi penculikan anak, psikolog Universitas Gadjah Mada Edilburga Wulan Saptandari memberikan sejumlah tips yang dapat dilakukan orangtua.
Enam tips cegah penculikan anak untuk orangtua
Setidaknya ada enam tips orangtua cegah penculikan anak:
1. Bekali anak dengan pengetahuan saat berhadapan dengan orang asing
Wulan menyarankan agar orangtua memberikan pemahaman kepada anak untuk tidak sembarangan berbicara, tidak mudah percaya, tidak mudah terbujuk dengan iming-iming pemberian orang lain, serta bisa menolak ajakan orang yang tidak dikenal.
2. Ajari anak cara melindungi diri sendiri
Orangtua bisa mengajari anak cara melindungi diri, misalnya dengan belajar bela diri atau memberi tahu anak untuk berteriak meminta tolong saat berhadapan dengan orang asing yang mencurigakan maupun saat terpisah dari keluarga.
3. Beri pengetahuan tentang petugas keamanan
Anak juga perlu diajari tentang orang-orang yang merupakan petugas keamanan, misalnya polisi atau satpam.
"Beri pengertian saat meminta tolong pada orang berseragam seperti satpam atau karyawan toko yang besar kemungkinannya memberikan bantuan," terang perempuan bergelar doktor ini, dilansir dari laman resmi UGM, Kamis (2/2/2023).
Baca Juga: Polisi Usut Penyebab Kerusuhan di Wamena Papua Pegunungan, Yayasan HAM Bentuk Tim Investigasi
4. Ajari anak mengenali identitas diri
Orangtua perlu membantu anak untuk mengenali identitas diri. Anak diajari untuk mengingat namanya, orangtua, alamat rumah, bila perlu bahkan nomor telepon orangtua.
5. Biasakan anak untuk meminta izin sebelum melakukan sesuatu
Dosen Fakultas Psikologi UGM ini mengatakan anak-anak juga perlu dibiasakan untuk selalu meminta izin kepada orangtua setiap akan melakukan sesuatu.
Selain sebagai bentuk pengawasan, meminta izin juga membantu anak dalam memahami hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Dengan terbiasa minta izin kepada orangtua, anak tidak mudah menerima ajakan orang asing yang memberikan sesuatu atau mengajak pergi.
6. Berikan literasi digital kepada anak
Kemudahan akses melalui perangkat digital belakangan ini tak terelakkan membuat anak-anak juga kerap bermain internet. Oleh karena itu, orangtua juga perlu memberikan literasi digital kepada anak tekait keamanan berinternet, termasuk bermedia sosial.
Anak perlu diberikan pemahaman untuk tidak membagikan informasi pribadi di media sosial.
"Kasus penculikan secara tidak langsung, tak jarang juga berawal dari media sosial atau bermain gim yang rentan terjadi terutama pada anak praremaja dan remaja sehingga perlu diberikan pendidikan terkait kemanan siber," jelas Wulan.
Penulis : Nadia Intan Fajarlie Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV/UGM