Rumah Rusak Berat Gempa Cianjur akan Dibangun Ulang, Ini Contoh Rumah Tahan Gempa Unik di Yogyakarta
Viral | 23 November 2022, 17:27 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Rumah yang rusak berat akibat gempa di Cianjur dan sekitarnya pada Senin (21/11/2022) akan dibangun ulang oleh pemerintah.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto saat meninjau langsung lokasi terdampak gempa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
"Bagi masyarakat yang rumahnya rusak berat akan diganti oleh pemerintah, begitu tanggap darurat selesai masuk tahap tehabilitasi dan rekonstruksi, setelah itu baru membangun rumah-rumah masyarakat yang rusak berat," kata Suharyanto saat memberikan keterangan pers di Pendopo Bupati Cianjur, Selasa (22/11/2022) dilansir dari situs resmi BNPB.
Suharyanto menyampaikan, pemerintah akan terus melakukan pendataan dan membangun rumah bagi warga terdampak. Selain itu, pemerintah juga akan membangun infrastruktur pendukung lain, di antaranya sekolah dan masjid.
Baca Juga: Konstruksi Bangunan Disebut Penyebab Banyak Korban Gempa Cianjur, Ini Cara Bangun Rumah Tahan Gempa
Sementara itu, pakar kegempaan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Danny Hilman Natawidjaja menyebut, konstruksi bangunan yang tidak tahan gempa menjadi salah satu faktor penyebab banyak korban berjatuhan ketika gempa Cianjur terjadi.
Ia menyebut, kebanyakan rumah di Indonesia tidak dipersiapkan untuk konstruksi tahan gempa. Bahkan, banyak juga rumah yang tidak memenuhi standar umum.
"Banyak rumah-rumah yangg dibangun malah tidak memenuhi standar yang umum juga, sehingga lemah sekali strukturnya. Jadi kalau digoyang (gempa) yang tidak keras pun sudah bisa rubuh," tegasnya kepada KOMPAS.TV, Rabu (23/11).
Di Yogyakarta ada sejumlah rumah yang dibangun ulang setelah gempa bumi melanda pada 27 Mei 2006. Sejumlah rumah yang dibangun merupakan rumah tahan gempa.
Rumah-rumah tersebut dapat dijumpai di daerah yang mengalami kerusakan cukup parah, misalnya di Kecamatan Prambanan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Baca Juga: Pakar Ungkap 3 Hal Penting Mitigasi Gempa Bumi: Konstruksi Bangunan hingga Pendidikan Masyarakat
1. Rumah Domes Prambanan
Rumah domes atau dikenal sebagai rumah teletubbies ini berlokasi di Dusun Nglepen, Desa Sumberharjo, Prambanan, Sleman, DIY.
Rumah ini berbentuk dome yang menyerupai rumah tradisional Suku Eskimo, yakni Iglo. Pada saat terjadi gempa besar di Yogyakarta, sebagian besar rumah di Dusun Nglepen itu rusak berat.
Lembaga Swadaya Masyarakat pun memberikan bantuan kepada warga dengan membangun perkampungan rumah tahan gempa di dusun tersebut.
Melansir dari Tribun Jogja, perkampungan rumah teletubbies itu dibangun seluas 2 hektare, yang terdiri dari 80 unit rumah dan fasilitas umum, di antaranya masjid, aula, klinik kesehatan dan 6 MCK.
Baca Juga: Pakar Gempa Bumi Tegaskan Tak Ada Alat Prediksi Gempa, Pastikan Isu Viral Gempa Besar Susulan Hoaks
Setiap unit rumah memiliki diameter 7 meter persegi dan tinggi 4,6 meter persegi. Rumah tersebut dilengkapi dua pintu, empat jendela, dan dua ruangan kamar. Rumah ini terdiri dari dua lantai yang juga memiliki ruang tamu, dapur, serta kamar mandi.
Ketika pertama kali dibangun, rumah-rumah tersebut masih berwarna putih polos dan hanya sekadar dijadikan tempat tinggal biasa. Namun, karena banyak orang yang penasaran dan mengunjungi rumah tahan gempa tersebut, akhirnya perkampungan rumah dome itu menjadi kawasan wisata.
2. Rumah tahan gempa teknik SuperAdobe
Sebuah rumah pribadi milik perempuan bernama Iswanti Suparma tampak unik karena berbeda dari rumah-rumah di sekitarnya. Dari luar, terlihat dua bangunan berbentuk lingkaran menjulang ke atas. Atap di bagian atas terbuat dari daun tebu kering berbentuk lancip seperti tumpeng.
Rumah yang berlokasi di Dusun Tamanan Pabrik, Desa Tamanmartani, Kalasan, Sleman, DIY itu merupakan rumah tahan gempa yang dibangun dengan teknik SuperAdobe.
Sebelum membangun rumahnya pada tahun 2014, Iswanti bertanya kepada warga sekitar terkait peristiwa gempa bumi besar yang melanda Yogyakarta pada tahun 2006.
Warga sekitar, kata dia, mengatakan bahwa getaran gempa dirasakan cukup kuat di Dusun Tamanan Pabrik, Desa Tamanmartani. Bahkan menyebabkan banyak rumah rusak parah.
Melansir dari Kompas.com, Iswanti mengaku melakukan pencarian melalui internet selama beberapa pekan tentang konstruksi rumah ramah lingkungan. Ia pun menemukan konsep earthbag house yang dipopulerkan oleh seorang arsitek asal Iran, Nader Khalili.
Dia lantas mempelajari lebih dalam tentang konsep earthbag house dan menemukan teknik pembangunan rumah bernama SuperAdobe yang memanfaatkan material organik.
Baca Juga: Anggota DPR Tertawakan Kepala BMKG Masuk Meja saat Gempa Disorot, Ini 7 Langkah Penting Lainnya
"Materialnya tanah, kapur dan jerami. Tetapi untuk tanah ada komposisinya, tidak boleh terlalu berpasir dan terlalu mengandung tanah liat," ungkap Iswanti pada 20 Agustus 2018.
Material tersebut dimasukkan ke dalam karung beras dengan keadaan setengah basah dan disusun menjadi tembok rumah. Dinding bagian dalam rumah Iswanti juga tidak diplester dengan menggunakan semen. Iswanti memilih bahan alami yakni kotoran sapi sebagai bahan utamanya.
Kotoran sapi yang sudah disterilkan dari bakteri dicampur kapur dan jerami lalu ditempelkan ke dinding.
"Dindingnya kan tebal. Nah plester alami ini berfungsi sebagai insulasi, menyerap panas dan menahan di dalam sehingga di dalam rumah tetap sejuk meski di luar panas," ungkapnya.
Tak hanya itu, pada saat udara di luar dingin, suhu panas yang disimpan oleh campuran kotoran sapi, kapur dan jerami ini akan melepaskan sehingga suhu di dalam rumah terasa hangat.
"Nah kalau malam di luar dingin, di dalam itu suhunya stabil. Panas yang disimpan siang hari itu dilepaskan perlahan, jadi di dalam hangat," imbuhnya.
Oleh karena itu, selain cocok diaplikasikan di daerah rawan gempa, teknik SuperAdobe juga tepat diaplikasikan di daerah dengan cuaca ekstrem.
Penulis : Nadia Intan Fajarlie Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV/Kompas.com/Tribunnews