Di Bali juga ada Perayaan Imlek, Galungan China Namanya
Explore indonesia | 11 Februari 2021, 15:07 WIBBALI, KOMPAS.TV- Perayaan Tahun Baru Imlek di Indonesia rupanya sudah menjadi tradisi. Hampir di setiap daerah di Tanah Air ada tradisi ini.
Seperti di Bali yang ternyata ada perayaan Imlek. Galungan China namanya.
Pemangku di Griya Kongcho Dwipayana Tanah Kilap, Ida Bagus Adnyana mengatakan penyebutan Imlek sebagai Galungan China lantaran di Pulau Dewata memang terkenal dengan kearifan lokalnya.
"Ini wujud kearifan lokal di Bali yang artinya Chinese dan Bali itu menyatu seperti bersaudara," kata Adnyana seperti dilansir dari TribunBali.com.
Baca Juga: Fakta Perayaan Imlek di Indonesia dari Masa ke Masa, Sempat Dilarang saat Orde Baru
Dia menambahkan setiap Galungan China ini ada ciri khas yakni turun hujan sehingga dikatakan bahwa Bhatara China turun ke dunia.
Dalam kehidupan masyarakat Tionghoa, hujan diyakini sebagai lambang kesejahteraan.
“Hujan secara logika kan air yang membawa berkah yang jadi lambang kesejahteraan. Kalau sudah sejahtera pasti bahagia,” ungkap Adnyana.
Baca Juga: Perayaan Imlek ditiadakan, perajin kou coa tetap berkarya
Selain itu ada berbagai pernak pernik Imlek seperti tebu yang jadi simbol penuntun agar seseorang berjalan di jalan yang benar.
“Kalau angpao itu diberikan oleh yang lebih tua kepada yang muda. Ini sudah tradisi Chinese yang merupakan simbol suatu ikatan supaya tidak lupa berbakti pada orangtua,” paparnya.
I Made Julio Saputra, salah satu warga Bali yang merayakan Imlek mengungkapkan Imlek disebut Galungan China agar terdengar lebih akrab.
“Imlek di Bali juga sering disebut Galungan Cina. Mungkin biar lebih akrab, daripada kata Imlek yang sedikit asing di telinga kita,” sambung Julio.
Baca Juga: Kelenteng sepi jelang Imlek, jumlah umat dibatasi
Sebagaimana kebiasaan di desanya, yaitu Desa Baturiti, Tabanan, warga Hindu yang ada di sana akan membantu warga keturunan Tionghoa untuk mempersiapkan penyambutan Hari Raya Imlek.
Sebaliknya, nantinya warga keturunan juga akan melaksanakan tradisi ngejot (berbagi) kepada warga atau tetangga yang beragama Hindu di sana.
Adapun jotan tersebut berupa makanan seperti kue, sayur, dan makanan khas Tionghoa lainnya.
Bahkan, sering mendengar perkataan warga di sana, “Kapan Galungan China?”, kata Julio.
Baca Juga: Saat Imlek Sering Ngemil Makanan Manis, Ini Tips Biar Tidak Berlebihan
Menurut Julio, yang didapatkan dari penuturan engkongnya, beberapa makanan maupun pernak-pernik Imlek memiliki makna dan arti yang mendalam.
Seperti Jeruk Mandarin merupakan simbol kekayaan dalam kepercayaan dan budaya Cina, karena terlihat seperti bola-bola emas.
Lalu mie panjang umur memiliki makna panjang umur bagi orang-orang Tionghoa.
Permen dan manisan itu bermakna sebagai harapan yang ingin dicapai tahun ini.
Kue keranjang harus selalu disusun bertingkat dan tinggi.
Baca Juga: Hotel Berkonsep Apartemen, Pilihan Favorit Untuk Staycation Di Bali
Ini memiliki makna peningkatan rejeki dan kemakmuran bagi orang-orang Tionghoa.
Kue ini juga dimakan sebelum makan nasi, sebagai penghargaan agar selalu beruntung dalam melakukan apapun.
Penjor tebu di pintu masuk memiliki makna keberuntungan dan simbol panjang umur, semakin banyak ruas tebunya semakin beruntung.
Baca Juga: Ini Dia 4 Poin Penting Pelaksanaan PPKM Mikro di Jawa dan Bali
Angpao memiliki makna hadiah bagi anak-anak karena umur mereka bertambah.
Sedangkan lampion bermakna sebagai simbol kebahagiaan seseorang.
Penulis : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV