Rekomendasi Tempat Melepas Penat yang Dekat dari Jakarta
Lifestyle | 24 Juni 2020, 18:43 WIB(Sendi Perwitasari)
BOGOR, KOMPAS.TV - Siapa bilang melepas penat harus di tempat yang jauh dan membutuhkan waktu yang banyak?
Bagi anda yang tinggal di Jabodetabek, yang tentunya tidak memiliki waktu luang yang banyak, tempat yang satu ini bisa jadi pilihan untuk melepas penat karena hari-hari yang sibuk.
Gunung Munara bisa menjadi pilihan untuk menghabiskan akhir pekan Anda. Gunung Munara terletak di Desa Kampung Sawah, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor. Lokasi yang tidak terlalu jauh dari Jakarta dan sekitarnya serta puncak Gunung Munara yang tidak terlalu tinggi, membuat kamu bisa merasakan sensasi kenikmatan jalan-jalan tanpa harus membuang banyak waktu.
Akses menuju Gunung Munara
Apabila ingin menuju ke Gunung Munara disarankan untuk naik kendaraan pribadi. Apabila kalian dari Jakarta atau Depok, kalian bisa mengarahkan kendaraan ke arah pasar Parung, lalu ke Ciseeng dan lanjut ke Rumpin. Nanti dari Rumpin sudah ada petunjuk yang jelas menuju Gunung Munara.
Biaya masuk Gunung Munara
Biaya masuk ke Gunung Munara murah meriah. Untuk retribusi dikenakan biaya 5000 rupiah per orang. Biaya parkir motor 5000 rupiah dan mobil 10000 rupiah. Dengan uang 50000 kalian sudah menikmati kecantikan Gunung Munara.
Perjalanan Menuju Puncak Munara
Jalur menuju puncak Munara bisa dibilang cukup mudah. Cocok bagi pemula yang ingin belajar naik gunung. Bahkan jalurnya bisa dilalui oleh segala usia. Sehingga Gunung Munara bisa menjadi alternatif sebagai wisata keluarga. Ketinggian Gunung Munara juga tidak terlalu tinggi hanya 1119 mdpl yang bisa ditempuh dengan waktu kurang lebih 1 jam. Tapi perlengkapan untuk mendaki harus tetap diperhatikan, seperti memakai sandal atau sepatu gunung.
Sepanjang pendakian mata akan dimanjakan oleh pemandangan yang indah mulai dari pohon rimbun hingga perkebunan. Jika lelah mendaki, kamu bisa singgah di warung-warung kecil untuk sekedar membeli minum atau menikmati jajanan gorengan yang tersedia. Sebelum mencapai puncak Munara, saya juga melihat beberapa situs bersejarah seperti Goa petilasan Ir. Soekarno dan Goa Sultan Hasanudin.
Puncak Gunung Munara
Ketika menapakkan kaki di Gunung Munara, anda akan tercengang akan keindahannya. Hamparan hijau tersaji sepanjang mata memandang. Gunung Munara terdiri dari tiga puncak, yaitu Batu Belah, Taman Tikoro dan Batu Bintang. Selalu bersyukur diberi kesempatan oleh tuhan untuk menikmati ciptaanNya.
Kalian pernah dengar bahwa gunung mempunyai kesakralan dan misterinya sendiri?
Berikut pengalaman yang penulis dapatkan ketika mendaki Gunung Munara.
Saat saya melakukan pendakian, suami saya berkata kalau sebentar lagi akan sampai puncak. Saya tidak tahu kalau puncak yang dimaksud adalah bukit yang berbentuk batu karena saya belum pernah ke sini sebelumnya. Jadi saat saya menginjakkan kaki di tanah datar yang saya kira puncak, saya reflek berkata, "Kok pemandangannya cuma begini aja sawah-sawah gak bagus".
"Hush, jangan ngomong begitu lagian puncaknya yang itu", kata suami.
Tapi ternyata celetukan reflek dan tidak sengaja dari saya membawa sedikit malapetaka buat kami. Saat perjalanan turun dari puncak awalnya semua baik-baik saja. Tapi semakin turun saya menyadari kalau ada yang salah.
Perjalanan yang awalnya ramai tiba-tiba sepi dan tinggal kami berdua. Sepanjang perjalanan turun yang kami lihat sawah dan tidak ada orang sama sekali.
Padahal saat mendaki banyak warung-warung kecil yang berada di sisi kanan dan kiri. Saya mulai merasa apa jangan-jangan ini karena kata-kata saya. Suami yang menyadari kalau kami "disasarin" cuma berkata gak usah mikir yang aneh-aneh kita jalan terus saja. Di dalam hati saya berdoa dan minta maaf atas ketidaksengajaan yang telah saya lakukan.
Akhirnya setelah kami berjalan jauh, kami bertemu bapak-bapak dan ditunjukkan jalan menuju parkiran. Ternyata jalannya masih lumayan jauh. Kami memerlukan waktu dua kali lipat dari jalur turun yang seharusnya.
Lega rasanya saat saya tiba di parkiran. Ini menjadi pembelajaran berharga kalau kita harus bisa menghargai alam. Dimanapun kita berada, kita harus bisa menjaga ucapan yang keluar dari mulut kita.
(Cerita adalah opini dari penulis)
Penulis : Laura-Elvina
Sumber : Kompas TV