Google Doodle Hari Ini Peringati Kapal Pinisi Sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO, Ini Alasannya
Seni budaya | 7 Desember 2023, 07:26 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Google Doodle hari ini, Kamis (7/12/2023) menampilkan Kapal Pinisi, asal Sulawesi Selatan.
Kapal Pinisi ditampilkan dalam Google Doodle karena untuk memperingati ditetapkannya sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO pada 7 Desember 2017 lalu.
Lantas, apa itu Kapal Pinisi?
Kapal Pinisi adalah jenis perahu tradisional yang merupakan hasil dari teknologi tradisional masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan.
Perahu ini memiliki ciri khas dua tiang layar utama dan tujuh buah layar, tiga buah layar di ujung depan, dua di tengah, dan dua di belakang. Kapal Pinisi berfungsi sebagai pengangkut barang antar pulau.
Baca Juga: Momen Kapolri Sambut Delegasi AMMTC di Atas Kapal Pinisi, Nikmati Alam Labuan Bajo
Melansir laman kemdikbud.go.id, asal usul nama Pinisi, konon berasal dari kata Venecia, sebuah kota pelabuhan di Italia.
Diduga dari kata Venecia inilah kemudian berubah menjadi Penisi menurut dialek Konjo yang selanjutnya mengalami proses fonemik menjadi pinisi.
Pengambilan nama kota tersebut diperkiran didasari atas kebiasaan orang Bugis Makassar mengabadikan nama tempat terkenal atau mempunyai kesan istimewa kepada benda kesayangannya, termasuk perahu.
Ada pula teori asal usul nama Pinisi berasal dari panisi yang memiliki arti sisip. Mappanisi (menyisip) yaitu menyumbat semua persambungan papan, dinding, dan lantai perahu dengan bahan tertentu agar tidak kemasukan air.
Kapal Pinisi dikenal sebagai salah satu kapal yang telah ada sejak tahun 1500-an dan banyak digunakan oleh para pelaut Bugis, Konjo dan Mandar di Sulawesi Selatan.
Pada sekitar tahun 1930-an teknologi kapal Pinisi ini mendominasi kapal-kapal di sekitaran Selat Malaka.
Dalam konteks modern saat ini, Kapal Pinisi digunakan sebagai kapal pesiar mewah baik untuk komersial maupun ekspedisi.
Baca Juga: Berlayar Mulai Agustus 2023, Ini Tarif Kapal Pinisi Danau Toba
Kapal ini dilengkapi dengan interior mewah dengan berbagai peralatan wisata bahari. Kapal ini merupakan salah satu yang banyak diminati oleh investor lokal dan luar negeri.
Kapal Pinisi Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Dunia
Pada 7 Desember 2017, seni pembuatan Pinisi telah diresmikan UNESCO sebagai Karya Agung Warisan Manusia Tak Benda dan menjadi penghargaan pertama di dunia maritime internasional.
Kapal Pinisi Indonesia disahkan oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia di Paris, Perancis.
Alasan kapal Pinisi ditetapkan sebagai Karya Agung Warisan Manusia Tak Benda karena proses pembuatannya yang dinilai memiliki makna yang mendalam.
Rangkaian proses pembuatan Kapal Pinisi merefleksikan nilai sosial dan budaya kehidupan sehari-hari, yaitu kerja bersama, bekerja keras, keindahan, serta penghargaan terhadap lingkungan alam.
Teknik pembuatan Kapal Pinisi juga sangat memperhatikan ketelitian dari sisi teknik dan navigasi.
Baca Juga: Intip Desain Kapal Pinisi Wisata Pertama di Danau Toba
Saat ini pembuatan Kapal Pinisi sudah sangat berkurang karena kayu yang berkualitas sudah sangat sulit ditemukan.
Pembuatan kapal Pinisi masih bisa ditemui di beberapa wilayah Sulawesi Selatan, yaitu di Tana Beru, Bira, dan Batu Licin di Kabupaten Balukumba.
Seni Pembuatan Kapal Pinisi
Menurut laman Kemenparekraf, proses pembuatan kapal Pinisi terbagi dalam tiga tahap. Pada tahap pertama dimulai dari penentuan hari baik untuk mencari kayu untuk membuat kapal Pinisi.
Biasanya, “hari baik” mencari kayu jatuh pada hari ke-5 atau ke-7 pada bulan pembuatan kapal. Pemilihan hari ini melambangkan rezeki yang ada di tangan, dan selalu mendapat rezeki.
Tahap kedua pembuatan kapal pinisi masuk ke proses menebang, mengeringkan, dan memotong kayu.
Baca Juga: Lestarikan Warisan Budaya, DP Bangun 2 Kapal Pinisi
Kayu-kayu tersebut kemudian dirakit menjadi setiap bagian kapal Pinisi. Tahap kedua inilah yang memakan waktu lama, bahkan hingga berbulan-bulan.
Pada tahap ketiga adalah proses peluncuran kapal ke laut. Namun, sebelum diluncurkan, biasanya diadakan upacara "maccera lopi", atau menyucikan kapal Pinisi.
Upacara ini ditandai dengan kegiatan menyembelih sapi atau kambing. Dengan perhitungan, jika bobot kapal kurang dari 100 ton, maka yang disembelih adalah kambing, sedangkan kalau di atas 100 ton berarti sembelih sapi.
Itu sebabnya, rangkaian pembuatan kapal Pinisi melambangkan nilai filosofi tersendiri, yakni nilai untuk bekerja keras, kerja sama, keindahan, hingga menghargai alam.
Penulis : Dian Nita Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV