Benarkan Childfree Lebih Bahagia Ketimbang Punya Anak? Begini Penjelasan secara Sains
Lifestyle | 8 Februari 2023, 15:28 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Ramai di media sosial pembahasan mengenai childfree atau keputusan tak memiliki anak. Gara-garanya dipicu oleh youtuber Gita Savitri alias Gitasav, yang mengaku lebih bahagia dan awet muda di usia 30 tahun karena tidak memiliki anak.
“Tidak punya anak adalah anti penuaan alami. Kamu bisa tidur 8 jam per hari, tidak stress mendengar teriakan anak. Dan saat kamu keriput, kamu punya uang untuk membayar botox,” tulis Gitasav di Instagram.
Hal itu pun memunculkan perdebatan di kalangan netizen. Ada yang setuju, ada pula yang tidak. Perdebatan mengenai childfree ini nampaknya tidak akan pernah usai.
Baca Juga: Apa Itu Childfree dan Kenapa Pasangan Enggan Memiliki Anak? Berikut Penjelasannya
Pertanyaan “apakah orang yang memutuskan childfree lebih bahagia ketimbang orang yang memiliki anak” telah berlangsung sejak lama. Para peneliti pun mencoba menemukan jawabannya sesuai bidang keilmuan yang mereka dalami.
Melansir Science Focus, para ahli saraf menjelaskan bagaimana respons tubuh saat seseorang memiliki anak. Pada tahap awal saat bayi lahir, ibu memiliki perasaan yang intens.
Proses melahirkan dan menyusui ini membuat sistem tubuh dibanjiri oksitosin atau hormon cinta. Hal ini memperkuat ikatan emosional yang membuat seseorang mengalami lebih banyak kesenangan dan kebahagiaan dengan hubungan antarpribadi.
Sulit membayangkan hubungan yang lebih kuat daripada hubungan antara ibu dan bayi. Jadi, emosi yang seseorang alami saat memiliki anak akan jauh lebih kuat daripada emosi yang dialami oleh mereka yang tidak memiliki anak.
Ini juga berlaku bagi ayah atau tipe orangtua lain. Namun, ibu kandung memiliki hubungan yang paling intens dengan bayinya. Otak akan mengalami respons yang lebih tinggi pada semua hal yang ada pada bayi.
Baca Juga: Isu Childfree jadi Pembahasan Hangat, BKKBN: Ini Terkait dengan Pentingnya Edukasi Reproduksi
Mana yang lebih bahagia?
Hidup adalah roda yang berputar. Pada suatu waktu, kebahagiaan itu akan memudar. Bukan karena orangtua tidak menyayangi anaknya, tetapi anak yang perlahan tumbuh akan menuntut berbagai hal dan orangtua bertanggung jawab penuh terhadap anak-anaknya.
Orang yang memiliki anak mungkin akan mengalami malam-malam tanpa tidur, mengganti popok kotor, finansial yang hancur, hingga menyadari bahwa hidup bukan lagi milik mereka, tapi untuk anak-anak mereka.
Hal ini tentunya meningkatkan stres dan emosi negatif, tetapi begitulah cara kerja otak. Seseorang yang memiliki anak akan mengalami kebahagiaan dengan memiliki anak, cinta yang besar untuk anak dan keluarga, tetapi juga ada duka yang datang.
Ahli saraf, Dean Burnett, mengatakan bahwa bukti yang saat ini ada menunjukkan bahwa memiliki anak dapat membuat seseorang lebih bahagia. Memiliki anak juga membuat seseorang merasa bahagia, stres, cemas, dan sebagainya.
“Secara keseluruhan, sepertinya memiliki anak membuat pengalaman emosional Anda lebih intens daripada jika Anda tidak memilikinya,” tutur Burnett.
Baca Juga: Ungkap Alasan Pasangan untuk "Childfree", Begini Kata Psikolog
Bagaimana dengan penelitian lain?
Melansir If Studies, penelitian yang dilakukan di 22 negara menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai tingkat kebahagiaan pada mereka yang memiliki anak dan mereka yang memilih childfree.
Orangtua di Amerika kurang bahagia ketimbang orangtua di Inggris dan Australia. Namun, di beberapa negara lain, terutama Norwegia dan Hungaria, orangtua lebih bahagia daripada mereka yang childfree.
Pada studi yang dilakukan secara terpisah berdasarkan gender ditemukan bahwa perempuan yang memiliki anak mengalami lebih sedikit kebahagiaan daripada perempuan yang tidak memiliki anak.
Hal itu berbanding terbalik dengan laki-laki. Penelitian itu menyebutkan bahwa menjadi ayah membuat laki-laki lebih bahagia.
Penulis : Fiqih Rahmawati Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Science Focus, If Studies