Athalla Naufal Sebut Venna Melinda Sering Teriak dan Menangis Pasca-Alami KDRT dari Ferry Irawan
Selebriti | 15 Januari 2023, 12:18 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Putra kedua Venna Melinda, Athalla Naufal mengungkap perubahan psikis ibunya pasca-mengalami dugaan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dari ayah sambungnya, Ferry Irawan.
Athalla mengatakan, Venna Melinda sempat mengigau setiap malam. Itulah yang membuat adik Verrel Bramasta itu khawatir dengan kondisi ibunya.
Bahkan, aktor 23 tahun itu menyebut Venna Melinda kerap tiba-tiba berteriak hingga menangis.
"Sempet kayak mengigau-ngigau gitulah tiap malam. Teriak tiba tiba. Dia sempet nangis juga," tutur Athalla Naufal, Sabtu (14/1/2023) dikutip dari Tribunnews.
Athalla bercerita, ibunya sempat mencurahkan kekecewaan dan mengaku masih tak menyangka dengan apa yang dialaminya.
Baca Juga: Menolak Dipeluk Ferry Irawan, Athalla Naufal: Aku Enggak Perlu Permintaan Maaf
"Dia bilang 'kok Mama baru ngerasa sedihnya sekarang ya'. Masih nggak percaya semuanya secepet itu," paparnya.
Tips Memulihkan Mental Korban KDRT
Dampak fisik korban KDRT bisa sembuh setelah diobati di pelayanan fasilitas kesehatan. Namun, dampak psikis atau trauma dapat melekat dan kambuh kapanpun.
Hal itu diungkapkan oleh Dosen Keperawatan Jiwa Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) Uswatun Hasanah.
Menurutnya, trauma merupakan kondisi yang sulit untuk disembuhkan, butuh waktu yang lama bahkan bertahun-tahun agar korban kekerasan dapat betul-betul terlepas dari rasa traumanya.
“Oleh sebab itu perlu segera dilakukan penanganan maupun pendampingan psikologis bagi korban KDRT agar tidak mengalami stress pasca trauma,”tutur Uswatun Rabu (5/10/22) dikutip dari laman um.ac.id.
Uswatun pun memberikan beberapa tips yang dapat dilakukan untuk mendampingi proses pemulihan kondisi psikis korban KDRT, antara lain :
1. Mengamankan diri
Untuk menghidari dampak kekerasan yang semakin luas adalah dengan mengamankan diri ke tempat aman, termasuk dalam hal menjauhkan diri dari pelaku.
2. Mencari dukungan
Dukungan penuh dari orang terdekat adalah salah satu faktor yang dapat menguatkan secara diri terutama secara psikis.
3. Bercerita
Menceritakan peristiwa yang dialami merupakan salah satu bentuk terapi. Tentu saja saat memutuskan untuk bercerita kita memilih orang yang tepat yang bisa dipercaya.
Bercerita dapat dilakukan pada orang tua, sahabat, kelompok pendukung, maupun terapis.
Baca Juga: Soal Kasus Dugaan KDRT Venna Melinda, Komnas Perempuan Minta Polisi Tak Gunakan Jalan Damai
4. Menulis
Menulis merupakan salah satu bentuk pemulihan yang dapat dilakukan jika belum siap menceritakan pengalaman atau kondisi traumatis yang dialami.
Dengan menulis, tekanan emosi dapat diluapkan sehingga stress berkurang.
5. Bergabung dalam kelompok pendukung
Bergabung dalam kelompok pendukung dapat membantu dalam memulihkan trauma, karena seseorang akan menyadari bahwa ia tidak sendiri.
Ia akan menyadari ada orang lain yang mengalami hal yang sama dan saling memberikan dukungan satu sama lainnya.
6. Mencari tahu tentang seluk beluk KDRT dan cara mengatasinya
Pengetahuan yang cukup terkait kekerasan dan penanganannya sangat diperlukan. Hal tersebut akan sangat membantu jika suatu saat berada dalam situasi yang sama.
Dengan demikian, seseorang akan tahu apa yang harus dilakukan, siapa yang harus dihubungi atau bahkan cara memberikan kode atau tanda bahwa saat ini sedang mengalami kekerasan dan butuh pertolongan.
7. Minta bantuan psikolog
Mengunjungi psikolog secara berkala untuk mendapatkan terapi tambahan lain sehingga membantu mempercepat proses pemulihan mental korban KDRT.
8. Latihan mengontrol trauma
Saat ada pemicu trauma, upayakan untuk mampu mengontrol gejala trauma yang muncul secara mandiri dengan teknik relaksasi, distraksi, meditasi, atau bahkan melakukan aktivitas yang digemari.
Hal tersebut dapat mengalihkan fokus anda terhadap ingatan berkaitan ddengan peristiwa traumatis.
9. Membangun koneksi
Rasa trauma akan membuat seseorang menjadi tidak percaya dengan orang-orang dan lingkungan sekitar sehingga seseorang menarik diri dari lingkungan sosial.
“Koneksi yang dibangun kembali memungkinkan seseorang mendapatkan dukungan dan dapat mengalihkan ingatan dari peristiwa traumatis,” tutup Uswatun.
Penulis : Dian Nita Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV, Tribunnews