Benarkan Sering Mengumpat Tanda Anda Cerdas? Ini Kata Ilmuwan
Lifestyle | 2 November 2022, 16:00 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Penggunaan bahasa kasar, kotor, dan umpatan umumnya dinilai sebagai sesuatu yang buruk. Sebagian yang lain mungkin berpandangan sebaliknya.
Mengumpat juga dinilai sebagai tanda bahwa orang itu kekurangan kosa kata dan tidak dapat mengekspresikan diri dengan cara yang cerdas.
Selama bertahun-tahun, mengumpat menjadi salah satu bahasan yang cukup menarik di bidang psikologi dan kesehatan. Para ilmuwan mencoba meneliti, apakah ada manfaat mengumpat, atau apakah orang yang mengumpat cerdas.
Baca Juga: Besok Ada Fenomena Tengah Hari Datang Lebih Cepat, Apa Dampaknya?
Mengutip Science Alert, sebuah penelitian yang dilakukan oleh psikolog dari Marist College menemukan adanya hubungan atau korelasi antara seberapa fasih seseorang dalam bahasa Inggris dan seberapa fasih mereka dalam mengumpat.
Kefasihan verbal diukur dengan meminta responden memikirkan sebanyak mungkin kata yang dimulai dengan huruf alfabet tertentu dalam satu menit.
Orang dengan kemampuan bahasa yang lebih baik umumnya dapat memikirkan lebih banyak kata. Peneliti kemudian membuat tugas kelancaran mengumpat, di mana responden diminta membuat daftar kata-kata umpatan yang berbeda sebanyak-banyaknya selama satu menit.
Baca Juga: Kata Dokter soal Kebiasaan Minum Kopi Sachet: Takaran dan Efek Sampingnya
Dengan membandingkan skor dari tugas kefasihan verbal dan mengumpat, ditemukan bahwa orang yang mendapat nilai tertinggi pada tes kefasihan verbal juga cenderung berhasil pada tugas kefasihan mengumpat.
Sementara, orang yang lemah dalam tes kefasihan verbal juga buruk pada tugas kefasihan mengumpat.
Penelitian itu menyebutkan bahwa mengumpat bukan sekadar tanda kemiskinan bahasa atau kosakata, atau kecerdasan yang rendah.
Baca Juga: Apa Itu Cardiac Arrest atau Henti Jantung? Diduga Penyebab Korban Tewas di Tragedi Halloween Itaewon
Lantas, adakah hubungan orang yang sering mengumpat sebagai tanda orang cerdas?
Seorang psikolog kesehatan bernama Grace Tworek memberikan pendapatnya mengenai penelitian tersebut. Dia menjelaskan bahwa penelitian itu mencari hubungan atau korelasi antara dua hal.
“Yang saya dengar dari profesor statistik saya, korelasi tidak sama dengan sebab-akibat. Anda tidak bisa membuat kesimpulan tentang sebab akibat berdasarkan hubungan sederhana antara dua hal,” kata Grace Tworek, seperti dikutip dari Cleveland Clinic.
Penelitian tentang mengumpat dan kecerdasan ini juga tidak bisa serta merta digeneralisir. Pasalnya, konsep mengumpat dan konsep kecerdasan adalah hal kompleks dan tidak bisa hanya ditentukan dengan satu variabel.
"Saya pikir jika kita akan melakukan penilaian kecerdasan yang adil, Anda benar-benar membutuhkan baterai neuropsikologi penuh,” jelas Tworek.
Baca Juga: Tempe Mendoan Jadi Google Doodle Hari Ini, Enggak Sangka Sudah Dikonsumsi Hampir 400 Tahun
Sebagian besar penelitian tentang mengumpat menggabungkan kecerdasan dan kosa kata. Kosa kata yang banyak mungkin menunjukkan kecerdasan, tetapi menghubungannya dengan kosa kata kasar bukanlah hal yang sama.
Tworek mengatakan, mungkin lebih akurat untuk menyebutkan bahwa mengumpat menunjukkan kosa kata umpatan seseorang banyak, ketimbang kecerdasan tinggi.
Penulis : Fiqih Rahmawati Editor : Purwanto
Sumber : Science Alert, Cleveland Clinic