Apakah Hari Kartini 21 April 2022 Libur Nasional? Simak Penjelasannya
Lifestyle | 20 April 2022, 14:14 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Apakah Hari Kartini libur nasional atau tanggal merah? Simak penjelasannya berikut ini.
Seperti diketahui, Hari Kartini diperingati setiap 21 April untuk mengenang pahlawan Indonesia Raden Ajeng (RA) Kartini.
Tahun ini, Hari Kartini jatuh pada Kamis (21/4/2022). Biasanya, beberapa sekolah akan mengadakan acara khusus seperti lomba.
Oleh karena itu, tak sedikit murid yang bertanya-tanya apakah Hari Kartini termasuk libur nasional.
Pada bulan April 2022, hanya ada satu hari libur nasional pada 15 April 2022, yakni memperingati wafat Isa Almasih.
Berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga Menteri No. 963 Tahun 2021, No. 3 Tahun 2021, No. 4 Tahun 2021 tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2022, Hari Kartini 21 April 2022 bukanlah hari libur nasional.
Baca Juga: 15 Kutipan Pahlawan Nasional yang Melegenda, dari Kartini hingga Soekarno
Sejarah Singkat Hari Kartini
RA Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi atau emansipasi wanita. Karena jasanya, namanya diabadikan sebagai seorang tokoh Jawa serta pahlawan nasional Indonesia.
RA Kartini lahir pada 21 April 1879 di Jepara, yang saat itu masih wilayah Hindia Belanda.
Kartini merupakan putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang patih yang diangkat menjadi bupati Jepara.
Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara.
Kartini adalah anak perempuan tertua, anak ke-5 dari 11 bersaudara.
Pada zaman kolonial Belanda, budaya patriarki masih kental di Jawa sehingga membuat perempuan tidak mendapatkan pendidikan yang layak.
Karena itulah, pada usia 12 tahun, RA Kartini berhenti bersekolah karena tradisi yang mengharuskannya dipingit.
Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda.
Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya.
Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft.
Ia juga menerima paket majalah langganan, di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie.
Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi pun timbul.
Kartini kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie.
Baca Juga: Chord Gitar dan Lirik Lagu Ibu Kita Kartini
Dalam tulisannya, Kartini banyak menyoroti soal perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas.
Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903 karena dijodohkan dengan Bupati Rembang K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri.
Untuk meneruskan perjuangannya, Kartini mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.
RA Kartini meninggal pada 17 September 1904 di usia 25 tahun, setelah melahirkan anak satu-satunya, Soesalit Djojoadhiningrat pada 13 September 1904.
Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.
Berkat kegigihannya, didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya.
Pada 2 Mei 1964, Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional.
Selain itu, Soekarno juga menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.
Penulis : Dian Nita Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV