> >

Dari Bahagia hingga Kestabilan Mental, Inilah Dampak yang Dirasakan Orang Religius

Lifestyle | 14 Maret 2022, 06:10 WIB
Kehadiran Tuhan terkadang kita rasakan baik secara sadar maupun tidak sadar, seperti yang dirasakan oleh Daniel Wibowo dan Shesa Uli yang mendadak jadi religius pada momen-momen tertentu. (Sumber: Freepik)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Sebagai negara yang memiliki beragam agama dan keyakinan, Indonesia memiliki pancasila sebagai dasar negara dan simbol pemersatu bangsa. Sila pertama yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” menjadi dasar untuk mengilhami empat sila lainnya. Menurut KBBI, religius memiliki arti bersifat religi; bersifat keagamaan; yang bersangkut-paut dengan religi.

Sejalan dengan falsafah pancasila sila pertama, penerapan nilai karakter religius penting diterapkan karena penerapan semua nilai karakter pancasila berlandaskan padanya. Dalam agama terdapat ikatan yang dipatuhi manusia dan mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan sehari-hari.

Kehadiran Tuhan terkadang kita rasakan baik secara sadar maupun tidak sadar, seperti yang dirasakan oleh Daniel Wibowo dan Shesa Uli yang mendadak jadi religius pada momen-momen tertentu. Mereka menceritakan pengalamannya melalui siniar Momen Satu Kali bertajuk “Mendadak Religius”.

Berbicara tentang religius, tentunya setiap orang memiliki tahapan tersendiri hingga menganut suatu agama yang dijadikan pegangan hidup. Satu pertanyaan yang sering muncul ketika membahas ‘religius’ adalah, “Apakah menjadi sosok religius bisa mendatangkan sebuah kebahagiaan?”

Dikutip dari penelitian oleh Kayonda Hubert Ngamaba religius memengaruhi tingkat kebahagiaan dan kepuasan hidup seseorang. Sejumlah besar kelompok agama telah memberikan dukungan empiris yang menunjukkan bahwa religiositas dan tingkat pembangunan negara memainkan peran penting dalam membentuk nilai kesejahteraan subjektif berbentuk kebebasan memilih, mengekspresikan emosi dan rasa syukur, serta koneksi sosial.

Lalu bisakah orang religius memiliki umur yang lebih panjang?

Melansir kompas.com, ada banyak hal yang membuat kita mendekatkan diri pada Sang Pencipta, salah satunya agar memiliki umur yang panjang. Peneliti membuktikan orang-orang yang berita kematiannya merujuk pada afiliasi keagamaan, cenderung hidup hingga lima tahun lebih lama. Hal ini sejalan dengan komunitas agama yang memberi banyak kesempatan untuk bersosialisasi dan melakukan kegiatan.

Tentunya faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap panjangnya umur seseorang, karena menghindari kesepian dan gaya hidup yang pasif, yang merupakan dua faktor terbesar penyebab kematian.

Laura Wallace, seorang periset mengatakan, banyak agama mempromosikan praktik yang sehat seperti pantangan mengonsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang. Hal ini jelas memberikan efek positif dalam peningkatan harapan hidup. Ilmuwan lain juga menyebutkan, praktik mengurangi stres yang dapat meningkatkan kesehatan, seperti rasa syukur, doa, atau meditasi.

Menjadi Lebih Bahagia

Penelitian lain menyebutkan, hampir separuh orang yang mengaku bahagia adalah mereka yang masuk dalam kategori aktif beragama. Hal ini mungkin terjadi karena agama dianggap bisa membantu mengurangi perasaan kesepian atau sedih pada seseorang.

Misalnya, seseorang yang memiliki konflik dengan sekitarnya akan menjaga jarak, bahkan putus hubungan sosial. Di sini peran Tuhan dianggap sebagai faktor penyeimbang bagi hubungan komunikasi yang tidak dimiliki orang tersebut.

Menurut peneliti, adanya hubungan antara manusia yang dekat dengan Tuhan, dapat membuat seseorang lebih peka dalam mencapai tujuan hidup yang lebih baik. Juga, mengurangi stres dan memberikan motivasi hidup.

Membuat Mental lebih Stabil

International Scholarly Research Notices menyebutkan, keyakinan dan praktik keagamaan/spiritual biasanya digunakan oleh pasien medis dan psikiatris untuk mengatasi penyakit dan perubahan hidup yang penuh tekanan.

Sejumlah besar penelitian lainnya menunjukkan bahwa orang yang lebih mengimani agamanya memiliki kesehatan mental yang lebih baik dan lebih cepat beradaptasi dengan masalah kesehatan. Jika dibandingkan dengan mereka yang kurang memercayai atau mengenal agama.

Manfaat yang mungkin dirasakan untuk kesehatan mental dan kesejahteraan ini memengaruhi kesehatan fisik, risiko terhadap penyakit, dan memengaruhi respons terhadap pengobatan. Mereka yang beragama memiliki rasa kontrol internal yang kuat. Ini kemungkinan karena saat berdoa dan meminta bimbingan Tuhan, mereka merasakan kendali atas situasi mereka sendiri, yang membantu mereka mengatasi depresi dan kecemasan.

Memiliki Sistem Kekebalan yang Lebih Kuat

Orang yang menghadiri acara keagamaan setidaknya sekali seminggu, berpotensi mempunyai sistem kekebalan yang lebih kuat. Penelitian dari Duke University Medical Center menemukan bahwa partisipan yang memiliki nilai spiritual yang tinggi memiliki interleukin-6 setengah kali lebih tinggi daripada mereka yang tidak menghadiri acara keagamaan. Interleukin-6 merupakan protein inflmasi dengan sistem kekebalan yang berkaitan dengan kanker tertentu, seperti penyakit autoimun.

Menjadi religius tentu merupakan pilihan tiap individu. Namun, kewajiban manusia untuk saling mengasihi dan menghormati sesama manusia dan makhluk hidup lain merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan.

Perbedaan agama sudah sepatutnya tidak diperdebatkan lagi karena hanya akan menimbulkan permasalahan kehidupan kebangsaan semakin jauh dari rasa persatuan dan kesatuan.

Simak cerita Daniel Wibowo dan Shesa Uli saat membahas kejadian yang membuat mereka jadi orang religius, melalui siniar Momen Satu Kali dengan tajuk “Mendadak Religius” yang bisa diakses melalui tautan berikut https://dik.si/MSK4Religius dan juga bisa diakses melalui kanal Youtube https://dik.si/MSK4ReligiusYT.

Bagi Anda yang ingin berbagi cerita pengalaman sekali seumur hidup yang unik, dan susah dilupakan bisa langsung ceritakan momen Anda di bit.ly/momen1kali. (Alifia Riski Monika & Brigitta Valencia Bellion)

Penulis : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU