> >

Mitos: Sastra Lisan dengan Beragam Fungsi Bagi Masyarakat

Lifestyle | 8 Februari 2022, 07:15 WIB
Salah satu budaya yang masih dipercaya oleh masyarakat adalah mitos. (Sumber: Freepik)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Indonesia adalah negara yang memiliki beragam kebudayaan, baik lisan, tulisan, maupun gerakan. Bentuk-bentuk ini diturunkan secara turun-temurun kepada generasi selanjutnya sehingga menghasilkan suatu dinamika kebudayaan. Salah satu budaya yang masih dipercaya oleh masyarakat adalah mitos.

Mitos sendiri sangat erat kaitannya dengan dunia sastra sehingga ia dikategorikan sebagai sastra lisan. Menurut Walker (1995) dalam bukunya Out Of The Ordinary: Folklore and the Supernatural, mitos sangat berkaitan erat dengan pengakuan budaya yang mengonstruksi adanya entitas di luar pemahaman manusia. Entitas inilah yang akan membentuk pola pikir, juga perilaku keseharian manusia.

Mitos pun bisa sangat memengaruhi ranah keagamaan hingga tindakan sehari-hari untuk menjadi pedoman hidup. Meskipun terdengar tak masuk akal oleh pemikiran masyarakat modern, tapi keberadaannya masih diyakini oleh sebagian besar orang.

Dalam siniar Momen Satu Kali bertajuk "Mitos atau Fakta, Nih?", Daniel dan Sesha turut membahas mitos-mitos yang masih sering didengar, seperti tak boleh menggunting kuku di malam hari, pantangan duduk di depan pintu, dan larangan menyisakan kotoran saat menyapu.

Mengapa Mitos Penting?

Keberadaannya di Indonesia pun bukan tanpa alasan. Ternyata, mitos memiliki beragam manfaat, khususnya bagi masyarakat tradisional. Dulu, ia digunakan oleh mereka untuk mengingatkan hal-hal baik kepada anak-anak.

Mitos berupa dongeng atau legenda secara tak langsung dianggap sebagai pesan yang berasal dari Tuhan. Di dalam cerita itu, terdapat amanat yang berisi pesan-pesan kebaikan. Nantinya, pesan itu akan diserap dan diinternalisasi oleh masyarakat ke kehidupan nyata.

Kepercayaan masyarakat terhadap mitos menjadikannya sebagai sarana pendidikan yang paling efektif. Terutama untuk mengukuhkan dan menanamkan nilai-nilai budaya, norma-norma sosial, serta keyakinan tertentu.

Misalnya saja, mitos hantu geunteut di Aceh. Hantu tersebut diyakini bisa menculik anak-anak yang masih berkeliaran saat waktu magrib.

Siapa sangka, ternyata cerita ini digunakan orang tua agar anak-anaknya lebih mengutamakan ibadah, seperti membaca kitab suci atau salat berjamaah, daripada bermain-main pada sore hari.

Mitos pun tak memiliki bentuk dan pesan yang terbatas. Oleh karena merupakan karya sastra, ia bisa memiliki beragam makna dan juga imajinasi. Bahkan, mitos yang serupa pada tiap daerah bisa memiliki perbedaan makna dan jalan cerita. Hal ini disebut dengan versi dan varian.

Secara tak langsung, mitos membuat daya kreatif seseorang pada zaman dahulu berkembang. Pesan yang disampaikan melalui mitos pun dikemas dengan unik dan terkadang di luar nalar manusia.

Oleh karena itu, mitos, sebagai sastra lisan, sangat terbuka terhadap segala kemungkinan pesan yang disisipkan oleh pembuatnya.

Pada masa sekarang, mitos dapat berfungsi untuk mengkaji situasi masyarakat di suatu daerah. Bahkan, keadaan masyarakat pada masa lampau pun bisa ketahui melalui mitos-mitos tersebut.

Macam-Macam Mitos di Indonesia

Hingga saat ini, terdapat ribuan mitos yang tersebar di seluruh Indonesia. Bahkan, banyak pula masyarakat yang masih memercayainya.

Pertama, mitos berbentuk legenda, yaitu gunung tangkuban perahu.

Diceritakan gunung ini merupakan hasil perahu yang telah dibuat oleh Sangkuriang. Ia ingin menikahi ibunya sendiri, yaitu Dayang Sumbi. Namun, karena gagal memenuhi syarat, lelaki itu pun menendang perahu buatannya hingga kelamaan menjadi gunung.

Cerita ini memiliki makna untuk tidak menikahi keluarga sedarah. Dalam agama maupun masyarakat manapun, pernikahan sedarah adalah hal yang melenceng dari norma. Bahkan, penelitian medis pun menjelaskan bahwa incest dapat membuat bayi lahir tak sempurna karena memiliki kesamaan DNA.

Selanjutnya adalah mitos berbentuk ungkapan atau petuah. Misalnya pada ungkapan anak perempuan jangan duduk di depan pintu, nanti akan susah dapat jodoh. Padahal, faktanya, duduk di depan pintu memang akan menghalangi akses keluar dan masuk.

Ada pula larangan memakai baju hijau di Pantai Selatan karena niscaya akan diculik oleh Nyi Roro Kidul. Faktanya, memakai baju hijau bisa membuat tim pencari kesulitan apabila orang itu terseret ombak atau tenggelam. Hal itu disebabkan karena baju hijau memiliki warna yang serupa dengan air laut.

Terlepas dari kepercayaan dan mitos-mitos yang kamu percayai, pastikan untuk selalu rajin beribadah, ya.

Dengarkan perbincangan seputar mitos-mitos lainnya bersama Daniel dan Sesha di siniar Momen Satu Kali episode sebelas bertajuk "Mitos atau Fakta, Nih?".

Kalian juga bisa berbagi pengalaman menarik yang tak terlupakan melalui bit.ly/momen1kali. Dengarkan siniarnya sekarang juga di Spotify atau akses juga video lengkapnya di kanal YouTube Sonora FM.

 

Penulis: Alifia Putri Yudanti & Brigitta Valencia Bellion

Penulis : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU