Pola Pikir Positif: Kunci Sukses Hadapi Body Shaming
Lifestyle | 4 Februari 2022, 07:20 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Hampir semua perempuan pasti pernah mengalami body shaming. Perlakuan itu pun tak jarang dilakukan oleh orang-orang terdekat, seperti keluarga hingga teman.
Para pelaku pun cenderung tak mengetahui kalau body shaming dapat memberikan dampak yang signifikan untuk korbannya. Kebanyakan, mereka akan kehilangan kepercayaan diri hingga yang paling parah adalah terganggunya kesehatan fisik dan mental.
Bahkan, penelitian yang dilakukan oleh Vogel memaparkan bahwa korban-korban body shaming justru cenderung lebih susah untuk mengembalikan berat badan ideal. Hal ini terjadi karena mereka menerima tekanan dari orang-orang sekitar yang sangat berpengaruh pada kesehatan mental.
Salah satu orang yang pernah mengalami body shaming adalah Nina Firdaus. Dalam siniar Semua Bisa Cantik, ia bahkan mengaku bahwa dulu pernah dirundung karena wajahnya yang berjerawat, kulitnya yang hitam, dan tubuhnya yang kurus.
Meskipun semua itu terjadi pada masa lampau, nyatanya semua kejadian masih membekas di ingatannya hingga saat ini. "Dulu aku kurus banget dan kulit aku gelap. Pas aku mikir, kan wajar ya Kak, namanya juga masih kecil," tambahnya.
Perempuan berusia 23 tahun ini pun juga pernah mengalami body shaming dari orang yang tak dikenal. Saat itu, ia dibanding-bandingkan dengan ibunya karena memiliki warna kulit yang berbeda. Bahkan, ia diskeptiskan sebagai anak kandung ibunya.
Berbenah Bersama Orang Tua
Dari situ, akhirnya sang ibu pun mulai mengajak Nina untuk merawat diri. Menurutnya, dengan melakukan itu, artinya kita peduli terhadap diri sendiri. Justru, dengan orang-orang berkata demikian, ia menjadi sadar.
"Aku sudah terlalu nyaman sama diri sendiri, tapi aku lupa sama diri sendiri. Misalnya, pas aku jerawatan. Adanya orang yang ngomong gitu, menjadikan itu sebagai pengingat buat aku sendiri," ungkap Freelance Photographer ini.
Para Pelaku Body Shaming yang Kurang Edukasi
Meskipun sekarang penampilannya sudah jauh lebih baik, Nina masih kerap mengalami body shaming. Ia mengaku bahwa banyak pelaku body shaming yang belum teredukasi. Oleh karena itu, mereka dengan mudah menganggap hal tersebut sebagai candaan atau basa-basi.
Sering kali, saat sudah lama tak bertemu dengan kerabat, pasti yang dilontarkan adalah pertanyaan, seperti "Ih, kok gendutan, ya?" "Makin banyak jerawatnya, ya?" "Makin hitam, ya?". Padahal, mereka tak pernah tahu masalah apa yang telah dilalui oleh korbannya.
"Kita di masa pandemi ini kan jarang ketemu. Orang itu mungkin enggak punya topik bahasan, dan dia enggak sadar kalau itu nyakitin."
Jadi, untuk menanggapinya, kita bisa melakukan komunikasi asertif. Jelaskan secara perlahan agar mereka juga teredukasi bahwa body shaming itu adalah hal yang tak patut dilakukan dan bisa berdampak fatal.
Ubah Pola Pikir Adalah Kuncinya
Untuk menanggapinya, Nina mulai mengubah pola pikir dengan mengambil sisi positifnya. Ia berpikir bahwa orang-orang yang melakukan body shaming itu peduli dengannya.
Dari situ, Nina pun mulai berefleksi, apakah penyebab jerawatku muncul ini karena pola hidupku yang tak baik? Apakah ini karena kemarin aku tidur terlalu larut?
"Sampai orang negor tuh berarti sudah parah kali, ya. Aku jadi introspeksi diri juga. Karena enggak enak juga di kita, ya. Takutnya kita terlalu nyaman sama diri sendiri dan akhirnya enggak merawat diri kita."
Meskipun begitu, kita juga harus bisa membedakan mana orang yang benar-benar peduli dan hanya sekadar mengejek. Apabila mereka telah diberi paham tapi masih melakukan body shaming, artinya semua perkataannya memang tak patut didengarkan.
Pentingnya Menerapkan Gaya Hidup Sehat
Meskipun kerap mengalami body shaming dan masalah-masalah kebutuhan lainnya, kita juga harus tetap merawat dan menjaganya. Justru, hal itu yang disebut dengan self-love.
Kita dapat memulai dengan mengubah pola hidup menjadi lebih sehat. Perbanyaklah minum air putih, tidak bergadang, makan-makanan yang bergizi, dan tetap rajin menggunakan produk perawatan kulit adalah beberapa di antaranya.
Melakukan aktivitas-aktivitas positif dapat menimbulkan perasaan bahagia. Perasaan inilah yang nantinya akan membentuk pola pikir positif karena kita telah berhasil menerima kekurangan diri dan bertekad untuk mengubahnya menjadi lebih baik.
"Jangan dengerin apa kata orang dan jangan terus-terus membandingkan diri kita dengan orang lain. Jadi, focus on yourself," tutupnya.
Perbincangan menarik seputar body shaming dengan Nina dapat kalian dengarkan melalui siniar Semua Bisa Cantik. Dengarkan sekarang juga siniarnya di Spotify atau akses melalui tautan berikut https://spoti.fi/33Yn7WA. (Alifia Putri Yudanti & Ristiana D Putri)
Penulis : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV