> >

God Bless Era-80: Rock yang Galak dan Rumit, Lagu "Anak Adam" Sentuh 11 Menit

Musik | 19 Juli 2021, 13:12 WIB
God Bless (Sumber: Tribunnews)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Setelah perjalanan Achmad Albar dari Belanda, membuat band, hingga keluar album perdana God Bless, cerita karir bermusik God Bless berlanjut di era 1980-an.

Menjelang pembuatan album kedua, Jockie Surjoprajogo keluar dari formasi, posisinya kemudian diambil alih oleh Abadi Soesman yang bergabung tahun 1979 dan ikut terlibat di pembuatan album Cermin (1980).

Berbeda dengan album sebelumnya yang rekaman jalan sambil menyelesaikan materi lagu, Album Cermin (1980) dikonsep dan dipersiapkan secara matang beberapa bulan sebelum masuk rekaman.

Pada album ini, konsep musik God Bless sedikit berubah menghadirkan ramuan aransemen lagu-lagunya terkesan lebih rumit, disamping membutuhkan skill masing-masing personel yang tinggi juga kekompakan dalam memainkannya, seperti lagu Musisi, Anak Adam, Selamat Pagi Indonesia atau Sodom Gomorah.

Mengutip Wikipedia, warna progresif rock dalam Cermin terasa lebih kental. Materinya sarat komposisi panjang. Lagu "Anak Adam" bahkan berdurasi 11-12 menit.

Mengandalkan alat rekaman serba analog dan ketiadaan metronom (alat untuk membuat tempo musik jadi konstan), proses rekaman album tersebut pada akhirnya jadi pembuktian keterampilan (skill ) para personel.

Bahkan ketika rekaman, Teddy Sunjaya tidak menggunakan metronome seperti kebanyakan rekaman yang lain. Album Cermin pun merupakan representasi dari pemberontakan God Bless terhadap dominasi industri rekaman ketika itu yang selalu mencekokkan komersialisme atas tuntutan pasar yang ketika itu sedang didominasi musik pop yang bertemakan cinta dalam pandangan secara sempit.

Album ini sering disebut-sebut sebagai album God Bless paling idealis dan terbaik dari sisi musikalitasnya. Dan menjadi barometer kualitas sebuah band rock waktu itu, manakala mampu memainkan lagu-lagu dari album Cermin.

Dua tahun setelah album Cermin dirilis, Abadi Soesman mengundurkan diri.

Pada sekitar tahun 1980-an, salah satu promotor rock asal Surabaya, Log Zhelebour mulai gencar mementaskan festival rock di Indonesia, dan mulailah membangunkan God Bless dari "tidur panjangnya" dengan menjadikan lagu-lagu God Bless sebagai lagu "wajib" juga personelnya menjadi juri di festival yang akhirnya banyak melahirkan band-band rock di Indonesia, seperti Grass Rock, Elpamas, sampai Slank.

Dari sekadar menjadi juri tersebut, pada tahun 1988 God Bless akhirnya melahirkan album "Semut Hitam" yang meledak di pasaran waktu itu, dengan hitsnya seperti Rumah Kita, Semut Hitam, atau Kehidupan.

Secara penjualan, album Semut Hitam ini adalah album God Bless paling laris. Di album ini, terjadi lagi perubahan konsep musik God Bless.

Dari yang tadinya lebih bernuansa rock progresif secara drastis berubah menjadi sedikit lebih keras dengan adanya pengaruh musik hard rock dan heavy metal, disamping unsur komersial untuk mempertimbangkan selera pasar. Pun demikian, kualitas musiknya masih tetap kental dipertahankan. Album ini juga menjadi inspirasi anak muda agar dapat terus berkarya dalam bidang musik rock.

Namun, setelah album Semut Hitam keluar, Ian Antono menyatakan keluar dari formasi God Bless. Posisinya kemudian digantikan oleh gitaris muda berbakat, Eet Sjahranie.

Setelah masuknya Eet Sjahranie, pada tahun 1989 dirilislah album berjudul Raksasa dengan hits Menjilat Matahari, Maret 1989, atau Misteri. 

Eet Sjahranie berhasil me-refresh sound gitar Ian Antono dan menjadikan God Bless lebih agresif. Ian Antono sendiri, setelah keluar dari God Bless terhitung sukses merintis karier solo sebagai pencipta lagu, aranjer dan produser.

Penulis : Ade Indra Kusuma Editor : Purwanto

Sumber : Kompas TV / Wikipedia


TERBARU