Dunia Fashion Perancis Berduka: Perancang Busana Senior Pierre Cardin Wafat di Usia 98 Tahun
Selebriti | 29 Desember 2020, 22:04 WIBPARIS, KOMPAS TV — Berita duka datang dari Perancis, perancang gaek negara itu, Pierre Cardin, wafat di usia 98 tahun, demikian diumumkan Akademi Seni Rupa Perancis yang dikutip Associated Press Selasa (29/12/2020).
Pierre Cardin terkenal sejagad setelah karya ikoniknya yang bergaya Space Age melontarkan Pierre ke puncak adibusana dunia tahun 1960an. Sejak itu, namanya terukir di berbagai produk berselera tinggi nan mahal yang dijual di penjuru dunia.
Pierre adalah seorang pionir lisensi dagang, yang namanya terukir di ribuan produk mulai jam tangan hingga seprai tempat tidur.
Pada puncak ketenaran tahun 1970an dan 1980an, produk yang menggunakan ukiran namanya dijual di lebih dari 100,000 toko seluruh dunia.
Baca Juga: Perancang Busana Kenzo Takada Meninggal Karena Covid-19
Jumlah itu menciut bertahun kemudian, saat produknya makin dianggap barang yang dibuat murah dan busananya – yang rancangannya tidak berubah dari gaya 60an, dianggap kuno dan ketinggalan jaman.
Pierre yang juga seorang pebisnis handal menggunakan kekayaannya saat itu untuk membeli berbagai properti papan atas di Paris, termasuk restoran Maxim’s yang sering dia sambangi.
Akademi Seni Perancis mengumumkan kepergian Pierre Cardin melalui sebuah tweet hari Selasa (29/12/2020). Pierre sendiri adalah anggota Akademi Seni Perancis sejak 1992. Pengumuman tersebut tidak menyebut penyebab maupun kapan perancang itu wafat.
Cardin memimpin revolusi dunia busana sejak awal 1950an bersama rekan satu negaranya Andre Courreges dan kawannya asal Spanyol Paco Rabanne, yang juga terkenal dengan gaya rancangan Space Age.
Baca Juga: Busana aespa di Red Carpet KBS Gayo Daechukje 2020 Menyita Perhatian
Pada saat desainer Paris lainnya terobsesi bentuk dan lekuk indah perempuan, desain busana Cardin menjadikan pemakainya semacam gantungan baju mencolok yang menampilkan bentuk dan lekuk desain tajam dengan pola-pola grafis pada bahannya.
Desain mereka ditakdirkan bukan untuk kaum pragmatis maupun kaum yang pendiam, karena desain Cardin selalu tentang kemunculan yang spektakuler – terkadang spektakuler secara harfiah -
Gaya Pierre Cardin saat puncak ketenarannya adalah gaun dan baju super ketat berbahan spandex yang bersinar diterpa cahaya, dilengkapi lingkaran plastik yang mengitari pinggang, bahu, pergelangan, dan tumit.
Gaun dan jubah gelembung yang membuat penggunanya seolah tenggelam di dalam busananya, atau topi kupluk yang dibentuk seperti piring terbang, topi berbentuk ember yang memenuhi muka pengguna dengan hanya lubang mata agar penggunanya bisa melihat keluar.
“Dunia fashion itu selalu penuh kekonyolan, dilihat sebelum maupun sesudahnya. Namun pada momen saat itu, sungguh luar biasa,” tutur Cardin pada wawancara TV Perancis tahun 1970an.
Baca Juga: 2 perancang busana asal Indonesia Pamer Karya di Runway Show Milan Fashion Week
Cardin lahir pada 7 Juli 1922, di kota kecil dekat Venesia, Italia, dari keluarga kelas pekerja yang sederhana. Ketika dia masih kecil, keluarganya pindah ke kota Saint Etienne di Prancis Tengah di mana Cardin sekolah dan menjadi penjahit pada usia 14 tahun.
Cardin meraih status sebagai orang yang kaya dari hasil keringat sendiri dan mengatakan dalam wawancara yang sama bahwa melakukannya sendirian "membuat anda melihat hidup dengan cara yang jauh lebih nyata dan memaksa Anda untuk mengambil keputusan dan menjadi berani."
Lebih jauh Cardin beranalogi, “Jauh lebih sulit untuk memasuki hutan yang gelap sendirian daripada saat Anda sudah mengetahui jalannya,”
Baca Juga: Kembangkan Ekonomi Syariah, Jokowi Ingin Indonesia Jadi Pusat Busana Muslim Dunia
Setelah pindah ke Paris, ia bekerja sebagai asisten di House of Paquin tahun 1945 serta membantu merancang kostum untuk tokoh seperti Jean Cocteau. Dia juga terlibat dalam pembuatan kostum untuk sutradara film yang hit tahun 1946, "Beauty and the Beast."
Setelah bekerja sebentar untuk Elsa Schiaparelli dan Christian Dior, Cardin membuka rumah desain sendiri.
Penulis : Edwin-Shri-Bimo
Sumber : Kompas TV