> >

Rupiah Terus Melemah, Berkaitan dengan Dekatnya Pelantikan Trump?

Ekonomi dan bisnis | 16 Desember 2024, 11:44 WIB
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyatakan bahwa melemahnya rupiah terhadap dolar turut dipengaruhi oleh terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat, meskipun juga ada faktor lain yang turut memengaruhi melemahnya nilai rupiah ini.  (Sumber: thikstockphotos)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyatakan bahwa melemahnya rupiah terhadap dolar turut dipengaruhi oleh terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat, meskipun juga ada faktor lain yang turut memengaruhi melemahnya nilai rupiah ini. 

Pada  pada perdagangan pasar spot, Senin (16/12/2024), melansir data Bloomberg, pukul 09.29 WIB, rupiah berada pada level Rp 15.022 per dollar AS atau melemah 13,5 poin (0,08 persen) dibanding penutupan kemarin yang berada di Rp 15.008,5 per dollar AS.

"Betul bahwa pasar ini memang cenderung concern atau khawatir terkait dengan presiden terpilih Amerika Serikat yakni Donald Trump yang kemungkinan akan kembali lagi memberlakukan kebijakan yang sifatnya inward looking policy (kebijakan yang berorientasi ke dalam)," ujar Josua dalam program Kompas Bisnis KompasTV (16/12/2024). 

Baca Juga: [FULL] Nilai Tukar Rupiah Mendekati Pelantikan Trump, Ada Faktor Sentimen? Simak Analisis Pakar

Salah satu kebijakan yang dimaksud adalah menaikkan tarif impor dari Tiongkok dan negara-negara lain. 

"Ini akan bisa berdampak atau bisa memicu lagi perang dagang yang sudah kita lihat juga di tahun 2019 lalu," kata Josua. 

"Sehingga pada saat terjadi perang dagang, ini akan diwarnai juga dengan perang mata uang," imbuhnya. 

Nah, jika terjadi, ini dapat menyebabkan terjadinya devaluasi (penurunan nilai uang) nilai tukar uang, yang akan berdampak juga kepada mata uang dari Asia, termasuk Indonesia. 

Baca Juga: Pegiat Lingkungan Ini Ubah Bahaya Minyak Jelantah Jadi Rupiah

Terkait dampaknya bagi masyarakat, melemahnya nilai rupiah akan berdampak pada peningkatan harga barang, khususnya barang impor. 

"Otomatis barang-barang yang dikonsumsi masyarakat yang notabene adalah barang impor harganya akan meningkat," kata Josua. 

Sedangkan, bagi pemerintah, melemahnya rupiah dapat mengakibatkan dua hal, yaitu peningkatan pendapatan, tetapi di sisi lain juga berdampak pada peningkatan anggaran belanja negara yang dapat menyebabkan pelebaran defisit (kekurangan anggaran) keuangan. 

Meskipun begitu, menurut prediksi dari Josua, rupiah melemah di akhir tahun ini, angkanya tidak akan sampai menyentuh Rp16.000. 

 

Penulis : Tri Angga Kriswaningsih Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU