> >

BI Masih Berpeluang Turunkan Suku Bunga di Tengah Volatilitas Rupiah Tahun Ini

Ekonomi dan bisnis | 7 Oktober 2024, 11:29 WIB
Keputusan The FED menaikkan suku bunga didasari oleh beberapa pertimbangan. (Sumber: Freepik)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Bank Indonesia (BI) masih memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga acuan pada tahun ini di tengah volatilitas nilai tukar rupiah. Hal ini sejalan dengan ekspektasi penurunan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) yang dapat terjadi dua kali pada tahun 2024.

Ekonom Senior Bank Mandiri Reny Eka Putri menjelaskan bahwa fluktuasi pasar uang masih akan berlanjut, terutama karena ketidakpastian waktu penurunan suku bunga The Fed.

"The Fed akan kembali memantau secara ketat perkembangan indikator ekonomi seperti pertumbuhan produk domestik bruto AS, tingkat inflasi, angka ketenagakerjaan dan belanja konsumen," ungkapnya dikutip dari Antara, Senin (7/10/2024).

Nilai tukar rupiah mengalami tekanan signifikan di awal pekan ini. Pada Senin (7/10/2024) pukul 09.10 WIB, Bloomberg melaporkan bahwa rupiah melemah 160 poin atau turun 1,03 persen ke posisi Rp 15.645 per dolar AS, dibandingkan penutupan perdagangan pekan lalu.

Penurunan ini disebabkan oleh penguatan indeks dolar AS, yang pagi ini tercatat berada di level 102,21, berdasarkan data dari Investing.

Menurut Reny, jika inflasi AS dapat turun dan mencapai target The Fed sebesar 2 persen, kemungkinan akan ada dua kali penurunan suku bunga untuk mendukung perekonomian sambil menjaga stabilitas harga pada 2024.

Baca Juga: Rupiah Melemah ke Level Rp 15.645 per Dolar AS, Pengamat Sebut Dampak Konflik Timur Tengah

Timing penurunan suku bunga The Fed ini akan menjadi faktor kunci yang mempengaruhi kondisi pasar keuangan dan volatilitas rupiah ke depan.

Untuk menghadapi volatilitas eksternal, BI telah menyiapkan strategi intervensi rangkap tiga dan optimalisasi lelang berbagai instrumen, termasuk Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valuta Asing Bank Indonesia (SUVBI).

"Perkembangan ekonomi global, ekspektasi inflasi, dan stabilitas rupiah akan menjadi faktor pendorong penurunan suku bunga," tambah Reny.

Dengan skenario The Fed menurunkan suku bunga acuan Fed Funds Rate menjadi 4,5 persen dan BI-Rate turun ke level 5,75 persen, serta potensi berlanjutnya aliran modal ke pasar domestik.

Reny memproyeksikan nilai tukar rupiah akan bergerak di kisaran Rp15.400 hingga Rp15.700 per dolar AS pada akhir 2024.

Sementara itu, imbal hasil obligasi acuan domestik diprediksi akan berada pada kisaran 6,4-6,6 persen.

Penulis : Danang Suryo Editor : Gading-Persada

Sumber : Antara


TERBARU