> >

Menaker Sebut Tren Ketenagakerjaan Mulai Bergerak ke Arah Green Productivity

Ekonomi dan bisnis | 15 Agustus 2024, 09:47 WIB
Ilustrasi. Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah mengatakan tren ketenagakerjaan saat ini bergerak ke arah produktivitas hijau atau green productivity. (Sumber: Kemenaker RI)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah mengatakan tren ketenagakerjaan saat ini bergerak ke arah produktivitas hijau atau green productivity. Tak terkecuali di Indonesia.

Ia menjelaskan, lapangan kerja yang ramah lingkungan dan berkelanjutan muncul karena adanya kebutuhan akibat dampak perubahan iklim. 

Untuk itu, produktivitas hijau menjadi langkah strategis untuk menghadapi tantangan lingkungan sambil tetap memastikan terjadi pertumbuhan ekonomi.

"Tren ketenagakerjaan pada saat ini dan di masa depan terus bergerak ke arah integrasi konsep ini ke dalam berbagai sektor untuk menciptakan lapangan kerja yang ramah lingkungan dan berkelanjutan," kata Menaker saat membuka Seminar Nasional Green Producitvity 2024 yang dipantau secara daring di Jakarta, Rabu (14/8/2024). 

Baca Juga: BRI Tawarkan KPR Green Financing, Rumah Murah Ramah Lingkungan

Ia mengatakan peralihan dari lapangan kerja konvensional ke lapangan kerja hijau atau green jobs itu perlu didukung oleh dunia usaha dan pekerja. 

Ida mencontohkan, Organisasi Buruh Internasional (International Labour Organization/ILO) sudah mulai memprakarsai program pekerjaan hijau sebagai bentuk dukungan pembangunan berkelanjutan.

Produktivitas hijau juga sudah dilakukan di Indonesia, di antaranya dengan memasukkan aspek pembangunan berkelanjutan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

Seperti pembangunan lingkungan hidup, peningkatan ketahanan bencana dan perubahan iklim sebagai salah satu prioritas untuk mendukung pembangunan ekonomi berkelanjutan.

Baca Juga: Tinjau PLTS PLN, Menteri BUMN Pastikan Peringatan HUT RI di IKN Gunakan Listrik Hijau

"Kebijakan penciptaan green economy dan green productivity ini menjadi semakin penting di masa saat ini ketika kita semua sedang mendapatkan masa bonus demografi. Karena, bonus demografi ini bisa menjadi peluang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan," terangnya, seperti dikutip dari Antara

Di sisi lain, penerapan paradigma green productivity atau produktivitas hijau memang membutuhkan investasi yang besar. Namun, bisa menjadi jawaban jangka panjang untuk isu produktivitas.

"Green productivity bagi pelaku industri bukan merupakan sebuah pilihan melainkan harus, sebagai sebuah paradigma yang harus diterapkan dalam menjalankan usaha," ujarnya. 

Besarnya biaya green productivity datang dari biaya penelitian dan pengembangan, pengadaan teknologi dan strategi produksi, pengelolaan limbah industri, serta pengembangan sumber daya manusia.

Baca Juga: Mentan Optimistis Indonesia Dapat Memitigasi Dampak Iklim Ekstrem terhadap Produksi Pangan

Dalam jangka pendek, produk yang dihasilkan dari proses produksi yang ramah lingkungan, harga jualnya akan lebih mahal.

Hal itu menjadi salah satu tantangan yang harus dihadapi para pelaku di sektor industri yang akan beralih ke proses yang lebih ramah lingkungan.

"Akan tetapi dalam jangka panjang konsep green productivity diharapkan dapat menjadi salah satu jawaban dalam mengurangi dampak buruk bagi lingkungan, yang pada akhirnya akan mendorong penghematan biaya dan mencapai tingkat efisiensi dan produktivitas," terang Ida.

 

Penulis : Dina Karina Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Antara


TERBARU