Bulog Siap Jalankan Penugasan Pemerintah untuk Investasi Lahan Pertanian di Kamboja
Ekonomi dan bisnis | 15 Juni 2024, 15:15 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Perum Bulog menyatakan siap menjalankan penugasan dari pemerintah untuk kerja sama ekonomi dan investasi pangan dengan Kamboja.
Dirut Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan investasi pangan ke Kamboja bukan hanya tentang memperluas jangkauan geografis.
Tetapi, juga tentang mewujudkan keunggulan kompetitif rantai pasok beras, sehingga ketahanan pangan di Indonesia terwujud.
"Hal ini sesuai dengan salah satu visi transformasi kami, untuk menjadi pemimpin rantai pasok pangan terpercaya," kata Bayu dalam keterangan resminya, Jumat (14/6/2024).
Berdasarkan Survei Kerangka Sampel Area (KSA) BPS, diperkirakan pada Juni 2024 produksi beras menurun menjadi 2,12 juta ton. Salah satu faktor paling mempengaruhi penurunan produksi beras adalah krisis iklim.
Baca Juga: Bapenas Prediksi Harga Beras Naik 2-3 Bulan Lagi
“Kami siap melaksanakan penugasan tersebut, termasuk melakukan komunikasi dengan beberapa pelaku usaha beras di sana," tutur Bayu.
"Kerja sama perdagangan beras yang baik dan telah terjalin dengan Kamboja selama ini, diharapkan dapat meningkat sejalan dengan rencana kerja sama ekonomi dan investasi pangan Perum Bulog di sana,”
Kamboja sebagai produsen beras yang semakin diperhitungkan di Asia Tenggara pada 2023 (menurut peringkat SeaSia.co), memiliki tanah subur untuk menanam beras.
Secara gografis, Kamboja terletak di pinggiran Sungai Mekong dan anak-anak sungainya menyediakan sumber air melimpah untuk irigasi.
Hal ini tentunya sesuai untuk tanaman padi yang membutuhkan banyak air agar tumbuh. Karakteristik kesuburan tanahnya juga menyerupai tanah di Pulau Jawa.
Baca Juga: VIRAL! Oknum Honorer Mengaku Didepan Warga Telah Jual Beras Bantuan Pemerintah Ke Masyarakat
“Beberapa negara memang sudah mulai menaruh minat untuk investasi pangan di Kamboja. Contohnya Qatar yang sempat mengalami masalah ketahanan pangan, menunjukkan minat untuk investasi agro di Kamboja," ucap Pakar Pangan Indonesia Tito Pranolo, dikutip dari laman resmi Bulog, Sabtu (15/6/2024).
"Lahan yang murah serta daerah pertanian yang subur, membuat Kamboja memiliki potensi besar pada industri pertanian."
Sementara itu, Anggota Ombudsman RI Yeka Hendra Fatika berpendapat rencana akuisisi sumber beras di Kamboja oleh Perum Bulog merupakan terobosan sangat bagus.
Sebab, investasi lahan di Indonesia kini semakin mahal. Melalui akuisisi perusahaan beras di Kamboja, ia mengatakan, Indonesia tidak perlu lagi mengimpor beras.
Baca Juga: Mendag Kasih Kode Harga MinyaKita Naik Jadi Rp15.500 Usai Iduladha
"Kalau perlu Bulog itu mengakuisisi lahan-lahan di Vietnam, Thailand, atau Australia," ujar Yeka di Jakarta, seperti dikutip dari Antara, Jumat (14/6).
Yeka mengatakan, nantinya pasokan beras untuk Indonesia bisa berasal dari beras yang ditanam petani di Vietnam, Thailand, atau Kamboja, di mana lahan di negara-negara tersebut masih murah, sehingga biaya produksinya pun jauh lebih murah.
"Ini penting sekali sehingga modalnya dari kita, diambil untuk kita sendiri, sehingga jauh lebih murah. Harapannya jangan sampai kalau sudah seperti itu beras impor masih mahal, itu terlalu namanya," ujar Yeka.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Perum Bulog akan melakukan akuisisi sumber beras dari Kamboja.
Baca Juga: MUI soal Wacana Bansos untuk Penjudi: Tak Ada Istilah Korban dalam Judi
"Bulog juga akan akuisisi beberapa sumber beras di Kamboja. Presiden (Joko Widodo) tadi sudah memerintahkan saya untuk kita tindak lanjuti," kata Luhut di sela menghadiri HUT Ke-52 Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) di Jakarta, Senin (10/6).
Luhut menyampaikan bahwa akuisisi tersebut dilakukan atas perintah dari Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Penulis : Dina Karina Editor : Tito-Dirhantoro
Sumber : Kompas TV