Tesla Belum juga Investasi di Indonesia, Luhut Ungkap Ini Penyebabnya
Ekonomi dan bisnis | 21 Mei 2024, 17:20 WIBBADUNG, KOMPAS.TV - Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan, Tesla masih menunda investasinya di seluruh dunia, bukan hanya di Indonesia.
Hal itu disebabkan suplai kendaraan listrik (EV) China yang berlebih.
China adalah salah satu lokasi pabrik Tesla terbesar di dunia. Produksi pabrik di China yang banyak saat ini belum mampu diserap dengan baik oleh pasar.
“Kelihatan EV China oversupply, harganya China lebih murah dari mereka, jadi dia (Elon Musk) masih menunggu beberapa waktu untuk berpikir investasi di mana pun,” kata Luhut kepada media usai peluncuran buku Citarum Harum di Badung, Bali, Senin (20/5/2024).
Baca Juga: Saat Jokowi Undang Elon Musk Bawa Tesla, Neuralink, hingga SpaceX Berinvestasi di Indonesia
Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menugaskan Luhut untuk menggaet Elon Musk berinvestasi di Indonesia.
Terutama investasi yang terkait mobil Listrik dan ekosistemnya.
Namun hingga saat ini, investasi yang terwujud adalah masuknya Starlink di layanan internet berbasis satelit di Tanah Air.
Luhut menyampaikan, karena oversupply itu juga membuat pabrik Tesla di Meksiko dan Jerman mengurangi produksi mereka.
Langkah tersebut diambil Elon Musk setelah mempertimbangkan kondisi dari pasar dunia.
“Jadi, mereka masih melihat pasar dunia. (Setelah) lebih tenang, nanti baru mereka akan masuk,” ujarnya seperti dikutip dari Antara.
Ia optimistis , Elon Musk tetap melihat Indonesia sebagai lokasi yang menarik untuk investasi kendaraan listrik dan pendukungnya.
Baca Juga: 4 Kelebihan dan Kekurangan Internet Satelit Starlink Milik Elon Musk
“Indonesia saya kira akan menjadi alternatif yang sangat baik buat beliau (Elon),” sebutnya.
Sebelumnya, Elon Musk sempat menanggapi pertanyaan terkait apakah dirinya tertarik untuk berinvestasi kendaraan listrik di Indonesia.
Elon enggan mengungkapkan jawabannya dan mengatakan bahwa saat ini dirinya fokus pada peluncuran Starlink di Indonesia.
“Kami ingin menyimpan kabar tentang itu untuk kesempatan lainnya,” sebutnya.
Baca Juga: Kritisi Starlink Milik Elon Musk Masuk, Andre Rosiade: Indonesia Lebih Butuh Kerja Sama Investasi
Di kesempatan terpisah, Luhut mengatakan, Elon Musk mempertimbangkan untuk berinvestasi di bidang baterai listrik di Indonesia.
Luhut mengatakan, dalam pertemuan antara Elon Musk dan Presiden Joko Widodo di Bali, pemerintah juga menawarkan pengembangan investasi grup usaha milik Elon Musk lainnya. Seperti pengembangan pusat artificial intelligence (AI) dan lokasi peluncuran roket SpaceX.
“Kita tawarkan kalau dia bisa bikin baterai di sini, precursor, cathode, bikin baterai kita tawarkan. Dan dia juga akan consider mengenai itu,” kata Luhut kepada Jurnalis KompasTV, MySister Tarigan di Badung, Bali, Senin (20/5/2024).
Luhut menyampaikan, Presiden Jokowi menawarkan Elon Musk untuk mengembangkan AI center di Bali.
Dalam pembicaraan dengan Jokowi, Elon menyambut baik tawaran itu.
Baca Juga: Kemenkes dan Starlink Jalin Kerja Sama, 700 Puskesmas di Indonesia akan Dapat Akses Internet
Terkait tawaran Biak, Papua, sebagai lokasi peluncuran roket SpaceX, Luhut menyebut Elon Musk bertanya soal pasokan gas di wilayah tersebut.
“Presiden juga tawarkan Biak untuk launching pad (roket) dan dia (Elon Musk) tanya di situ ada gas enggak, lalu kita bilang ada gas. Dekat di Biak Selatan, Bintuni area,” tutur Luhut.
“Dan dia bilang itu yang paling diperlukan, kalau yang lain-lain saya (Elon Musk) pertimbangkan sekali mengenai ini. Tapi kan masih ada Cape Canaveral,” tambah Luhut.
Baca Juga: Momen Prabowo Makan Malam dengan Elon Musk, Beri Hadiah Ini
Ia mengatakan, pemerintah siap memfasilitasi preliminary study atau kajian pendahuluan terkait kelayakan Biak sebagai launching pada roket SpaceX.
Sebagai informasi, Cape Canaveral di Florida, Amerika Serikat adalah salah satu lokasi peluncuran roket SpaceX.
Pada Februari lalu, satelit baru Telkom diluncurkan menggunakan roket SpaceX di lokasi tersebut.
Penulis : Dina Karina Editor : Deni-Muliya
Sumber :