Jika BI Rate Naik dalam Waktu Dekat, Bos BCA Tak Mau Buru-Buru Naikkan Bunga Simpanan dan Kredit
Perbankan | 23 April 2024, 14:22 WIBHal itu mengingat ekonomi AS saat ini cukup baik dengan tingkat pengangguran (unemployment) yang terkendali meskipun inflasi masih belum mencapai target 2 persen.
Baca Juga: Rupiah Lemah Karena Dollar Menguat, Apa Saja Opsi Kebijakan Moneter yang Dimiliki Bank Indonesia?
"Jadi mereka (AS) mungkin tahun ini pun akan menunggu, apakah Desember atau bahkan bisa lebih ekstrem tahun depan baru mulai menurunkan suku bunga," ujarnya.
Jahja juga mengingatkan bahwa AS akan menghadapi dilema mengingat Treasury Amerika Serikat (AS) senilai sekitar 7 triliun dolar AS jatuh tempo pada tahun ini. Hal itu dinilai menambah tekanan pada suku bunga.
"Kalau bunga atau kupon yang ditawarkan tidak terlalu menarik, ini bisa jadi pertanyaan juga nanti siapa yang akan membeli treasury bills itu. Ini juga salah satu dilema yang akan dihadapi oleh Amerika," ucapnya.
Ia menyebut auku bunga The Fed yang dipertahankan di level tinggi tidak hanya dapat berdampak bagi Indonesia melainkan juga dunia.
Baca Juga: Airlangga soal Eskalasi Konflik Iran-Israel: Geopolitik Belum Ada Apa-Apa, Kita Tenang Saja
Negara-negara lain juga akan berat untuk menurunkan suku bunga apabila The Fed masih tetap mempertahankan di level 5,25-5,50 persen.
"Akan berisiko kalau suku bunga AS tetap tidak turun, negara lain yang turunkan bunga akan memperlemah currency-nya. Kecuali mereka memiliki strategi dagang dengan ekspor yang lebih besar," tandasnya.
Penulis : Dina Karina Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Antara