Stok Gula di Ritel Modern Kosong, Kemendag Sebut karena Harga Internasional Sedang Tinggi
Ekonomi dan bisnis | 20 April 2024, 23:20 WIB
JAKARTA, KOMPAS.TV - Masyarakat di sejumlah daerah tengah kesulitan membeli gula pasir di ritel modern karena stoknya kosong. Seperti yang dialami konsumen saat berbelanja di salah satu ritel modern di Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Petugas toko menyebut stok gula sedang kosong.
"Stoknya enggak dateng sejak bulan Puasa," kata penjaga toko kepada Kompas.tv, Jumat (19/4/2024).
Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengakui memang terjadi kelangkaan pasokan gula di ritel moderen.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Isy Karim mengatakan salah satu penyebabnya karena tingginya harga gula di pasar internasional.
"Karena kesulitan memperoleh gula di sana (pasar internasional) dengan harga yang boleh (harga eceran tertinggi) di Indonesia. Harganya kan di luar tinggi," kata Isy di kantor Kemendag, Jakarta, Jumat.
Baca Juga: Utang Luar Negeri Indonesia Naik, Capai 407,3 Miliar Dolar AS pada Februari 2024
Ia menyampaikan, saat ini Kemendag bersama sejumlah kementerian dan lembaga terkait sedang membahas penyebab kelangkaan dan kenaikan harga gula.
Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian juga mulai memimpin rapat mengenai peta jalan pergulaan.
"Saya sudah ke Kemenko, sekarang ada rapat gula di sana mengenai roadmap pergulaan. Sekalian ngobrolin ini (harga gula) karena sudah mulai ada kelangkaan tapi penanganannya ada di Bapanas," ujar Isy.
Namun, dia menegaskan, ketersediaan stok gula di dalam negeri masih relatif aman, apalagi pada Mei 2024 sudah memasuki musim giling tebu.
Berdasarkan catatan Kemendag, stok gula di BUMN dan swasta lebih dari 330.000 ton. Isy menyebut jumlah tersebut cukup untuk satu bulan.
Baca Juga: KAI Daop 2 Tegaskan Taksi Online dan Konvensional Boleh Masuk Area Stasiun Bandung
"Ketahanan stok itu kan 1,5 bulan, hampir dua bulan. Jadi cukuplah itu stoknya," ucapnya.
Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan pihaknya telah menetapkan kebijakan relaksasi harga acuan pemerintah (HAP) gula menjadi Rp17.500 per kilogram (kg) hingga 31 Mei 2024.
"(Harga acuan pemerintah) kan kita sudah berikan relaksasi Rp17.500 sampai 31 Mei 2024,“ kata Arief di Jakarta, Kamis (18/4).
Dia menyampaikan penetapan relaksasi kenaikan HAP gula melalui Rapat Koordinasi Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Gula Konsumsi lintas kementerian/lembaga. Kebijakan tersebut diberlakukan sejak 5 April hingga 31 Mei 2024.
Baca Juga: OJK Cabut Izin Usaha BPRS Saka Dana Mulia di Kudus, LPS Siapkan Pembayaran Jaminan Simpanan Nasabah
Menurut Arief, kebijakan relaksasi HAP gula diberlakukan karena memang harga komoditas tersebut secara global cukup tinggi.
Dia menilai tingginya harga gula saat ini merupakan momentum yang tepat untuk meningkatkan produksi dalam negeri.
Penulis : Dina Karina Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas.tv, Antara