> >

Luhut Bantah Tom Lembong soal Tesla 100 Persen Pakai LFP: Masih Pakai Nikel

Ekonomi dan bisnis | 25 Januari 2024, 11:56 WIB
Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan saat bertenu dengan Bos Tesla Elon Mask pada 2023 lalu. Luhut membantah pernyataan Co Captain Timnas AMIN Tom Lembong, yang menyebut Tesla sudah tidak memakai nikel untuk mobil listriknya. (Sumber: Instagram @luhut.pandjaitan)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Menteri Koordinator (Menko) Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan membantah pernyataan Co Captain Timnas AMIN Tom Lembong, yang menyebut Tesla sudah tidak memakai nikel untuk mobil listriknya. Tetapi, memakai LFP atau lithium ferro phosphate.

Luhut menyatakan, Tesla tidak 100 persen menggunakan LFP, tetapi masih memakai nikel. 

"Tidak benar yang disebutkan itu kalau pabrik Tesla di Shanghai menggunakan 100% LFP untuk mobil listriknya. Mereka masih tetap menggunakan baterai berbahan dasar nikel, yang disuplai oleh LG Korea Selatan," kata Luhut dalam video yang diunggah di akun Instagramnya, Rabu (24/1/2024). 

Luhut mengungkap, nikel juga punya kelebihan dibanding LFP. 

"Selain itu, publik perlu tahu bahwa lithium baterai berbasis nikel itu bisa didaur ulang, sedangkan baterai LFP sejauh ini masih belum bisa didaur ulang," ujar Luhut. 

Ia mengakui, saat ini memang sudah ada produsen mobil listrik yang menggunakan LFP untuk baterai. Pemanfaatan LFP dikembangkan karena pasokan nikel yang berasal dari tambang suatu saat juga akan habis. 

Baca Juga: Luhut Ingin Ajak Cak Imin ke Morowali untuk Lihat Langsung Hilirisasi Nikel: Daripada Anda Bohong

Namun menurut Luhut, pengerukan nikel bisa diatur sedemikian rupa agar tak cepat habis. Apalagi, pemerintah juga melakukan hilirisasi dengan memproduksi berbagai produk turunan nikel. 

"Sekarang ini kalau kita lihat hilirisasi kita di katoda dan di banyak lagi bagian dari lithium baterai kita sudah sangat maju yang membuat ekspor kita juga tidak hanya tergantung lagi kepada ekspor raw material," terang Luhut. 

"Tapi sekali lagi, teknologi terus berkembang. Kita bersyukur LFP juga kita kembangkan dengan Tiongkok, lithium baterai juga kita kembangkan dengan Tiongkok maupun lain-lain," ucapnya. 

Luhut juga menerangkan soal harga nikel yang disebut Tom Lembong terus menurun. Ia berujar, jika melihat rata-rata harga selama 10 tahun terakhir, sejak 2014, harga rata-rata nikel dunia adalah 15.000 dollar AS, masih lebih rendah dibandingkan harga sekarang. 

Bahkan pada periode 2014-2019, ketika awal-awal periode hilirisasi dimulai di Indonesia, harga rata-rata nikel dunia hanya sebesar 12.000 dollar AS. 

"Jadi saya kira tim pasangan calon perlu melihat history data yang lebih panjang dalam membaca siklus harga komoditas," ucapnya. 

Baca Juga: Arahan dari Megawati, Hasto Sebut Menteri PDIP Akan Tetap di Kabinet Jokowi-Ma'ruf

Selanjutnya, data ekspor produk turunan nikel pada periode Januari - November 2023 adalah sebesar 31,30 miliar dollar AS. 

Jumlah itu naik 0,6 persen dibandingkan ekspor periode yang sama pada tahun 2022 yaitu 31,13 miliar dollar AS. 

Tom Lembong sendiri diketahui pertama kali berbicara soal harga nikel yang turun dan Tesla yang 100 persen pakai LFP, di sebuah acara podcast pada 11 Januari lalu.

Kemudian hal itu dibahas oleh calon wakil presiden nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka dalam debat keempat Pilpres 2024 atau debat kedua cawapres, Minggu (21/1/2024).

Menurut Gibran, tim paslon nomor urut 1 sering menggaungkan tentang LFP atau lithium ferro phospat.

“Ini agak aneh ya, yang sering ngomongin LFP itu timsesnya, tapi cawapresnya nggak paham LFP itu apa, kan aneh,” kata Gibran.

Baca Juga: Momen Ketika Jokowi Tunjuk Prabowo Jadi Pimpro Food Estate: Pertahanan Bukan Hanya Alutsista

“Sering bicara LFP-LFP, lithium ferro phospat, Tesla nggak pakai nikel. Ini kan kebohongan publik, mohon maaf, Tesla itu pakai nikel,” lanjutnya. 

Saat ini, kata Gibran, Indonesia merupakan negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia, dan itu merupakan kekuatan serta bargaining Indonesia.

“Jangan malah membahas LFP, itu sama saja mempromosikan produknya China,” ucapnya. 

“Saya nggak tahu Pak Tom Lembong dan timsesnya sering nggak diskusi dengan cawapresnya. Masa cawapresnya nggak paham. Aneh, lho,” sambungnya. 

Intinya, lanjut Gibran, ada negara yang tidak mau menggunakan nikel, dan apakah Muhaimin juga anti nikel.

Menjawab pertanyaan Gibran, Muhaimin mengatakan, dirinya setuju bahwa potensi sumber daya alam Indonesia harus dipromosikan.

Baca Juga: Cara dan Syarat Pengajuan Bantuan Operasional Masjid Rp 15 Juta Kemenag 2024, Musala Rp10 Juta

“Saya setuju bahwa potensi sumber saya alam kita harus terus kita promosikan, tetapi harus dicatat, gara-gara kita mengeksplorasi nikel ugal-ugalan, lalu hilirisasi tanpa mempertimbangkan ekologi, sosialnya, buruh kita diabaikan, malah banyak tenaga kerja asing, dan juga yang terjadi korban kecelakaan.” tutur Cak Imin. 

“Di sisi yang lain, pemasukan dai nikel kita juga sangat kecil. Dan yang paling parah nikel kita berlebih produknya sehingga bukan harga tawar kita menaik, malah kemudian kita menjadi korban policy kita sendiri,” kata Muhaimin.

Sementara, lanjut Muhaimin, masa depan Indonesia menjadi tidak jelas, dan di sisi lain juga mengorbankan lingkungan dan sosial sekaligus keuntungan yang sangat terbatas untuk negara.

Dalam debat tersebut, awalnya Gibran menanyakan, apakah Muhaimin anti-nikel, yang dijawab oleh Muhaimin bahwa semua ada etikanya.

“Terima kasih, tenang Pak Gibran, semua ada etikanya, termasuk kita di sini bukan tebak-tebakan definisi, tebak-tebakan singkatan.Kita levelya adalah maslah policy dan kebijakan. Prinsipnya sederhana, semua kembali kepada etika, Pak Gibran. Etika.”

“Etika itu adalah etika lingkungan. Apa pun yang menjadi kebijakan kita, menyangkut produksi, pengambilan tambang sumber daya alam, juga apa pun yang kita gunakan seluruh potensi bangsa ini rujukannya adalah etika lingkungan,” kata Muhaimin.

Baca Juga: Jokowi Naikkan Tunjangan Kinerja PNS Kementerian ATR BPN 2024, Paling Besar Rp33 Juta

Menurutnya, intinya adalah keseimbangan antara meletakkan manusia dan alam. Keseimbangan ini, tambah dia, tidak bisa ditawar-tawar.

“Agar pembangunan kita berkelanjutan, agar melibatkan semua pihak yang ada, sehingga produksi yang kita munculkan pun, dari tambang, dari lithium, dari apa pun itu tidak sembrono dan tidak sewenang-wenang, bahkan yang lebih parah lagi tidak mempertimbangkan lingkungan dan keberlanjutan masa depan.”

“Sekali lagi intinya bukan hanya etika lingkungan, tapi etika bahwa forum ini adalah forum policy yang berharga, jangan-jangan kalau kita tebak-tebakan definisi di sini, saya ragu kita ini levelnya SD, SMP ,atau jangan-jangan ijazah kita palsu semua di sini,” ungkapnya.

 

 

Penulis : Dina Karina Editor : Vyara-Lestari

Sumber :


TERBARU