Bahan Bakar Pesawat dari Minyak Inti Sawit Buatan Pertamina Sukses Dipakai Garuda Indonesia Terbang
Ekonomi dan bisnis | 28 Oktober 2023, 23:00 WIBAlvian menyebut, hasil dari serangkaian pengujian yang telah dilaksanakan, menunjukkan bahwa performa SAF J2.4 memiliki kualitas yang sama dengan avtur konvensional.
Baca Juga: Penumpang Kereta Cepat Whoosh Diimbau Tiba di Stasiun Maksimal 30 Menit Sebelum Berangkat
“Kami mengapresiasi para stakeholder yang telah berkontribusi dalam pelaksanaan rangkaian pengujian produk SAF selama ini," ucapnya.
Pihak yang terlibat adalah Dirjen EBTKE dan tim peneliti ITB sebagai koordinator, BPDPKS sebagai sponsor rangkaian kegiatan, PT Garuda Indonesia sebagai penyedia unit pesawat, serta pihak-pihak lainnya yang terlibat dalam seluruh tahapan pengujian.
"Joy flight hari ini (kemarin-red) merupakan salah satu milestone terpenting dalam implementasi SAF di Indonesia kedepannya. Oleh karena itu, semoga semua kegiatan dapat terlaksana dengan lancar dan juga memberikan manfaat bagi segala pihak serta menjadi bukti nyata komitmen kita untuk mencapai NZE di tahun 2060 atau lebih cepat,” tuturnya.
Baca Juga: Ini Tol yang Habiskan Dana Rp12,5 T, Bikin Lampung-Palembang Tadinya 12 Jam jadi 3,5 Jam
Pada kesempatan yang berbeda, SVP Research & Technology Innovation Pertamina Oki Muraza menerangkan, dalam usaha menuju Sustainability ada sektor-sektor yang sangat sulit untuk melakukan transisi energi.
Sektor tersebut antara lain Konstruksi (cement), produksi baja (Steel) dan penerbangan (aviation). Usaha transisi di bidang Aviation ini utamanya adalah dengan memproduksi bioavtur atau SAF.
Tapi Pertamina berhasil membuat SAF yang bisa digunakan pesawat militer dan komersil. Menurutnya, SAF dapat diproduksi sesuai dengan potensi sumber daya alam di masing-masing negara.
Untuk negara-negara yang memiliki minyak nabati yang melimpah, yang dipilih adalah hydrogenation dan Isomerization, populer dengan nama HEFA, Hydrotreated Esters and Fatty Acids (HEFA).
Jika minyak nabati tidak tersedia, SAF dapat diproduksi dari alcohol, dengan prosesnya alcohol-to-jet (ATJ). Dimana dalam proses itu alkohol diubah menjadi olefin, kemudian di polimerisasi dan masih harus di hidrogenasi.
Baca Juga: Mengenal Dana Abadi Pesantren, Diusung Prabowo-Gibran, Tapi Sudah Diteken Jokowi Sejak 2021
"Bagaimana dengan negara yang hanya memiliki kayu? Ada dua pilihan. Kayu bisa diolah menjadi alcohol kemudian mengikuti rute ATJ. Atau, kayunya diolah menjadi fase gas dengan gasifikasi, kemudian syngasnya diolah menjadi hidrokarbon rantai panjang dengan Fischer Tropsch," terangnya dalam keterangan resmi di Solo, Jawa Tengah, Jumat (27/10).
"Alhamdulillah, dengan potensi minyak nabati terbesar di Planet Bumi, Indonesia kini sudah mampu menghasilkan SAF dengan rute hidrogenasi. Next, kita terus kembangkan Isomerization agar kualitas SAF makin prima," ucapnya.
Penulis : Dina Karina Editor : Gading-Persada
Sumber : Pertamina