Longspan LRT Jabodebek Disebut Salah Desain, Menhub: Sudah Libatkan Konsultan Internasional
Ekonomi dan bisnis | 4 Agustus 2023, 10:56 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menegaskan, proyek LRT Jabodebek dibangun secara hati-hati dan mengutamakan aspek keselamatan. Dalam proses pembangunannya, Kemenhub juga sudah melibatkan konsultan internasional untuk menilai hasil pekerjaan di proyek LRT Jabodebek.
Pernyataan Budi ini terkait informasi yang diungkap Wamen BUMN Kartika Wiroatmodjo yang menyebut longspan atau jembatan rel LRT salah desain. Tepatnya dari arah Jalan Gatot Soebroto ke arah Kuningan, Jakarta Selatan.
"Kami mengundang konsultan yang sudah berpengalaman untuk melakukan review terhadap pekerjaan dan juga telah mengikuti standar yang berlaku," kata Budi dalam keterangan tertulisnya, Kamis (3/8/2023).
Selain itu, Budi mengatakan jika longspan LRT Jabodebek yang sekarang diuji coba sudah mendapat persetujuan dan sertifikasi dari Komite Keselamatan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Pengujian juga dilakukan oleh Ditjen Perkeretaapian (DJKA) dan telah mendapatkan penilaian sistem manajemen keselamatan perkeretaapian.
Sebelumnya, Wamen BUMN juga menyebut 31 kereta LRT spesifikasinya berbeda-beda.
"Untuk suatu karya baru anak bangsa, ini termasuk luar biasa. Jadi dibuat oleh orang Indonesia dan driverless (tanpa masinis). Untuk membangun ini memang banyak tantangan yang dilalui," ujar Budi.
Baca Juga: Jokowi Resmikan Tol Bocimi Ruas Cigombong-Cibadak, ke Gunung Gede-Pelabuhan Ratu hanya 2,5 Jam
Sementara itu, Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Arya Sinulingga menilai, LRT Jabodebek adalah proyek yang memberikan manfaat optimal bagi bangsa Indonesia. Lantaran, menggunakan teknologi terbaik dan paling efisien buatan dalam negeri.
“Mau tidak mau, INKA harus belajar. Memang ada sumber daya lebih yang harus kita alokasikan. Tetapi itu konsekuensi dari sebuah alih teknologi. Ada waktu lebih yang diberikan. Dan sekarang, ketika INKA harus membangun hal yang sama, sudah gampang. Untuk pertama kali memang lebih berat. Itu konsekuensinya, jadi wajar,” tutur Arya dalam keterangan resminya di Jakarta, Kamis (3/8/2023).
Arya mengungkap jika kereta LRT yang dibuat INKA memiliki teknologi terbaru. Sehingga saat ini Indonesia mampu membangun LRT generasi terbaru yang tanpa masinis, tetapi dibuat oleh perusahaan lokal.
Sedangkan terkait longspan MRT yang disebut Wamen BUMN salah desain, Arya mengatakan bahwa hal tersebut merupakan pilihan tepat, baik dari sisi ekonomi maupun konstruksi. Longspan yang panjang tanpa tiang tambahan akan membuat LRT jauh lebih efisien dari sisi biaya. Meski akhirnya LRT harus melambat saat melewati longspan tersebut.
“Dari sisi ekonomi, ini pun lebih ekonomis dibandingkan harus bangun tiang. Ataupun memperbesar ruang bagi LRT. Dan itu dari sisi waktu tidaklah begitu banyak, karena toh tidak terlalu panjang longspan tersebut. Jadi dari sisi waktu tidak merugikan. Dan jika membangun tiang-tiang di tengah, maka akan jauh lebih mahal,” jelas Arya.
Dengan keberanian Indonesia membangun LRT tanpa masinis sendiri, ke depannya Indonesia tidak perlu lagi mengimpor teknologi serupa.
Baca Juga: MenPANRB Azwar Anas: Rekrutmen ASN Berjalan Fair dan Tidak Bisa Titipan, Dulu Keliru
“Masa kita mau impor terus. Kita ingin (diproduksi) di dalam negeri. Kita melakukan pembelajaran. Ini pembelajaran yang mahal, namun INKA ke depan semakin jago, membuat LRT yang bagaimana pun, dia akan sudah siap. Dan ini teknologi terbaru lagi,” tandasnya.
Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menegaskan, mundurnya uji coba LRT Jabodebek untuk masyarakat umum bukan disebabkan masalah pada sistem kereta tersebut.
Ia menyatakan, hal itu dilakukan untuk menyiapkan semua aspek LRT Jabodebek sudah siap dioperasikan. Erick menyebut, pemeriksaan LRT Jabodebek dilakukan oleh konsultan internasional.
"Konteksnya jadi harus mundur uji coba untuk publik. Tapi apa itu ada problem yang di sistem kereta api? Enggak. Itu kan pakai Siemens (sistem software), konsultannya juga dari Inggris, ini lagi saling ngobrol, kan enggak apa-apa, saling cek," tutur Erick kepada wartawan di Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (1/8).
Erick mengatakan, adalah hal yang wajar jika sebuah proyek besar dilakukan pemeriksaan menyeluruh sebelum beroperasi secara komersial.
Apalagi, LRT Jabodebek berjalan tanpa masinis. Ia pun menegaskan, keterlibatan Siemens pembuat software asal Jerman dan konsultan asal Inggris membuat kualitas LRT Jabodebek makin terjamin.
Baca Juga: Jokowi: MRT, LRT, Kereta Cepat Baru Pertama Kali Ada di Indonesia, Kalau Ada Kekurangan Wajar
"Jerman punya sistem kereta api yang luar biasa, Inggris juga punya, boleh dong ngobrol. Ini yang kita dorong, supaya masyarakat terlayani dengan baik. Check and balance itu biasa," ucap Erick.
"Dengan sistem yang sudah dipakai Siemens ini bagus, dan sudah enggak perlu dipertanyakan, di mana-mana pakai Siemens kok. Tapi konsultan dari Inggris-nya ingin cek sekali lagi, ya enggak apa-apa dong, enggak ada yang diumpetin kok, dan ini buat kebaikan masyarakat," sambungnya.
Tadinya, uji coba untuk masyarakat umum akan dilakukan pada 27 Juli, kemudian diundur jadi 29 Juli, dan diundur lagi jadi awal Agustus. Tapi sampai saat ini belum ada tanggal pastinya.
Penulis : Dina Karina Editor : Iman-Firdaus
Sumber :