> >

Sri Mulyani Sebut Warga di Banyak Negara Sedang Tidak Happy, Ini Penyebabnya

Ekonomi dan bisnis | 31 Juli 2023, 13:48 WIB
Menkeu Sri Mulyani dalam acara Penyerahan Insentif Fiskal kepada para kepala daerah yang berhasil menjaga inflasi di daerahnya sesuai target, Senin (31/8/2023). (Sumber: Instagram @smindrawati)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, masyarakat di banyak negara sedang tidak bahagia saat ini. Lantaran negara mereka menerapkan suku bunga tinggi untuk mengendalikan inflasi yang juga tinggi. 

Akibatnya, di saat harga barang-barang sedang mahal, bunga cicilan mereka juga terus naik. 

"Volatilitas dan tingginya harga komoditas global menyebabkan tekanan inflasi global masih terbilang tinggi. Hal tersebut mendorong kenaikan suku bunga di banyak negara serta berpotensi meningkatkan cost of fund dan lebih ketatnya likuiditas global," kata Sri Mulyani dalam keterangan resminya, dalam acara Penyerahan Insentif Fiskal, Senin (31/7/2023).

Kondisi itulah yang menyebabkan masyarakat di negara-negara tersebut tidak bahagia. 

"Kalau inflasi tinggi, masyarakatnya tidak happy," ujar Sri Mulyani dikutip dari Youtube Kementerian Keuangan.

Baca Juga: Luhut Pamer Capaian Inflasi Era Jokowi di Bawah 4 Persen, Pertama Dalam Sejarah RI

"Namun kalau direm, dari sisi demand dan suplainya kena disrupsi, pasti negara itu ekonominya tidak membaik kondisinya," ujarnya. 

Ia menyebutkan, negara yang tingkat infalasi dan suku bunganya tinggi di antaranya adalah India, Brazil, Meksiko, dan Inggris. Kata Sri Mulyani, kondisi ekonomi yang tidak baik sangat rentan terhadap kondisi politik yang juga akan ikut memburuk. 

"Tidak happy berarti menjadi krisis politik di berbagai negara Eropa. Sekarang pemilunya sedang menghadapi kondisi yang tidak baik. Masyarakatnya tidak happy, ada pengangguran dan juga ada imigrasi yang berasal dari negara-negara yang kemudian pindah," ujarnya. 

Sementara itu, lanjutnya, kondisi inflasi dan suku bunga tinggi tidak terjadi di Indonesia. Lantaran ada Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBN) yang terus dioptimalkan sebagai shock absorber untuk meredam dampak negatif yang ditimbulkan inflasi.

Baca Juga: Ini Aturan Lengkap Sepeda Listrik, Spesifikasi, Syarat Pengguna, hingga Jalurnya

“Indonesia juga memiliki kinerja ekonomi yang relatif baik, stabil dan perform. Pada saat dunia mengalami goncangan yang luar biasa, baik dari sisi inflasi, pertumbuhan dan kemudian dihantam dengan suku bunga tinggi, kita masih bisa menjaga stabilitas," tutur mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini. 

Salah satu cara yang dipakai untuk mengendalikan inflasi hingga ke tingkat daerah, adalah dengan mengadakan rapat rutin tiap pekan hingga pemberian insentif fiskal ke daerah yang berhasil atasi inflasi. 

Sri Mulyani menyebut, cara itu adalah cara yang luar biasa. 

"Cara untuk mengendalikan inflasi yang dilakukan Kemendagri bersama-sama dengan pemerintah daerah dan mengajak Kemenkeu untuk memberikan insentif kepada daerah ini adalah cara yang tidak konvensional. Ini merupakan upaya yang luar biasa. Indonesia itu negara besar, dan kita bisa mengendalikan inflasi tanpa mengandalkan suku bunga yang naik terlalu ekstrem,” katanya.

Selain inflasi yang terjaga, Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan ekonomi juga cukup merata di daerah. Di Pulau Jawa, pertumbuhan ekonominya telah mencapai 5,3 persen di 2022 dan pada kuartal I 2023 sudah di atas 5 persen. 

Baca Juga: Banyak Anak Kecil Naik Sepeda Listrik Hingga Ada yang Tewas, Polri Godok Aturan Wajib SIM

Lalu untuk Sumatera, tumbuh 4,8 persen di Kuartal I 2023, Kalimantan 5,8 persen, Sulawesi 7 persen, Bali dan Nusa tenggara 4,7 persen, serta Maluku dan Papua 2 persen. 

Bahkan secara keseluruhan, Indonesia berhasil memcatatkan pertumbuhan ekonomi 6 kuartal berturut-turut. 

"Ini hal yang bagus. Jadi, saya ingin mengatakan bahwa Indonesia memiliki kinerja ekonomi yang relatif baik, stabil dan perform, karena ada yang hanya perform satu semester atau 1 kuartal and then jatuh lagi. Nah Indonesia ini 6 kuartal berturut-turut," ucapnya. 

Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti

Sumber :


TERBARU