Harga Telur Masih Tinggi Tembus Rp42.000, Mendag Tambah Stok Indukan Ayam Petelur
Ekonomi dan bisnis | 16 Juni 2023, 11:23 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menyampaikan, pemerintah telah menambah jumlah indukan ayam petelur agar bisa memproduksi telur lebih banyak. Sehingga harga telur akan turun secara bertahap.
Zulhas, sapaan akrabnya, optimistis dalam dua pekan ke depan harga telur akan stabil lantaran indukan ayam telah bertelur.
Mengutip data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, Jumat (16/6/2023), harga rata-rata nasional telur ayam ras adalah Rp31.400 per kg. Sedangkan harga rata-rata di DKI Jakarta adalah Rp31.250 per kg.
Namun di banyak daerah harganya lebih mahal dari itu. Yang tertinggi di antaranya adalah di Kab. Lombok Timur Rp37.350, Kab. Sumba Timur Rp37.500, dan Merauke Rp42.150 per kg.
"Untuk stabil perlu waktu lagi. Karena indukannya kan enggak cepat jadi (bertelur) sehingga perlu waktu kira-kira, ini sekarang sudah tiga minggu mungkin dua minggu lagi," kata Zulhas usai acara peluncuran buku "Kerja Bantu Rakyat" di Jakarta, Kamis (15/6).
Baca Juga: Harga Masih Tinggi, Telur Pecah Diburu Pembeli
Pemerintah juga membuka opsi untuk kembali menyalurkan subsidi jagung agar harga pakan ternak itu terkendali. Menurut Zulhas, kenaikan harga pakan ternak jadi salah satu penyebab naiknya harga telur ayam ras saat ini.
“Misalnya jagung rakyat mahal sampai Rp6.500, kami akan coba nanti misalnya Rp1,500 disubsidi, apakah untuk transportasinya, untuk lainnya, sehingga harga pakan juga terkendali,” ujar Zulkifli Hasan kepada wartawan di Istana Negara, Jakarta, pada Senin (22/5/2023) lalu.
Subsidi harga jagung saat ini masih dikaji pemerintah. Namun yang pasti, petani lokal akan menjadi prioritas sebagai penerima subsidi.
Menurut Zulhas, produksi telur turun karena peremajaan induk yang dilakukan oleh peternak.
“Telur itu kan selama ini banyak sekali pengusaha telur yang tutup bangkrut karena harganya terlalu murah kemarin. Bahkan mau lebaran saja Rp25.000 (per kilogram), Rp26.000, bangkrut karena seharusnya harga jualnya Rp28.000. Nah karena itu sebagian induknya diremajakan, potong, perlu waktu,” ujarnya.
Baca Juga: Harga Telur Ayam Melambung di Kota Tegal, Konsumen Beralih ke Telur Puyuh
Sementara itu, Kepala Satgas Pangan Pusat Brigjen Pol. Whisnu Hermawan menerangkan beberapa penyebab mahalnya harga telur.
Pertama, kenaikan harga disebabkan adanya kelangkaan bahan baku pakan ternak, khususnya ayam petelur. Kondisi itu menyebabkan harga pakan ayam yang tinggi mencapai Rp8.500 sampai Rp8.700 per kilogram.
Menurut Whisnu, tingginya harga pakan merupakan refleksi dari harga bahan baku pakan, sehingga menyebabkan tidak semua peternak ayam petelur dapat membeli pakan ternak.
"Sebagian peternak ayam petelur memilih untuk tutup dan peternak ayam petelur yang sanggup membeli pakan akan menaikkan biaya produksinya," kata Whisnu beberapa waktu lalu.
Kedua, biaya transportasi atau angkutan distribusi telur dari daerah penghasil telur ke daerah yang belum memiliki kemampuan mencukupi kebutuhan telur cukup mahal.
Baca Juga: Kekeringan Akibat El Nino Mengancam Dari Juli-Desember, RI Siap Impor 1 Juta Ton Beras dari India
"Beberapa daerah belum bisa mencukupi kebutuhan telur ayam ras di daerahnya, sehingga masih supply dari daerah lain," ujarnya.
Ketiga, permintaan kebutuhan masyarakat akan telur ayam ras cukup tinggi, salah satunya untuk program pencegahan stunting yang dilakukan Pemerintah.
"Adanya bantuan sosial dan kebijakan dari Badan Pangan terkait stunting," ucapnya.
Satgas Pangan Polri pun terus berupaya mencari solusi untuk mengendalikan harga serta ketersediaan telur ayam ras di masyarakat.
Solusi tersebut antara lain berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri dan instansi terkait untuk mempercepat realisasi importasi bahan baku pakan ternak karena terbatasnya stok dalam negeri.
Baca Juga: Jokowi Akui Ada WNA Pengawas Proyek di IKN, Agar Bangunan Tak seperti SD Inpres
"Satgas Pangan turun langsung ke para distributor dan sentra pasar untuk mengecek stabilitas harga dalam rangka menjaga kestabilan bahan pakan ternak, terutama jagung dan bahan pakan yang berasal dari impor," ucapnya.
Kemudian, Satgas Pangan Polri juga berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan instansi terkait untuk memastikan kelancaran distribusi transportasi atau angkut terhadap bahan pakan ternak ke peternakan dan peternak ayam petelur ke konsumen.
"Satgas Pangan berupaya memangkas rantai distribusi yang bertujuan untuk mengurangi margin harga, sehingga harga di tingkat konsumen stabil sesuai dengan harga acuan yang ditetapkan oleh pemerintah," ujar Whisnu.
Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Antara, Kompas TV