Gagal Bayar Utang AS Masih Mengancam, Jumlah Perusahaan yang Ajukan Pailit Tertinggi dalam 12 Tahun
Ekonomi dan bisnis | 24 Mei 2023, 13:59 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Amerika Serikat (AS) saat ini sedang berada dalam kondisi terancam gagal bayar utang. Belum ada pernyataan resmi soal resesi di AS sebagai dampak seretnya keuangan negara. Namun surat kabar The Hill melaporkan, semakin banyak perusahaan AS yang menyatakan pailit atau bangkrut.
"Menurut laporan baru dari S&P Global, jumlah perusahaan yang bangkrut sejauh 2023 ini lebih tinggi dibandingkan empat bulan pertama setiap tahunnya sejak 2010," tulis laporan The Hill yang diterbitkan pada akhir pekan lalu.
Sejak Januari hingga April 2023, total sudah ada 236 pengajuan pailit ke pengadilan. Jumlah itu naik 200 persen dari tahun lalu dan merupakan angka pengajuan pailit tertinggi dalam 12 tahun di AS.
Turunnya daya beli masyarakat, menyebabkan perusahaan dalam bisnis consumer goods jadi yang terbanyak mengajukan pailit. Seperti Bed, Bath & Beyond yang juga memasarkan produknya ke Indonesia. Kemudian diikuti oleh perusahan-perusahaan industri dan jasa keuangan.
Baca Juga: Bila Pemerintah Amerika Serikat Gagal Bayar Utang atau Default, Ini Horor yang Bakal Terjadi
The Hill juga memuat pernyataan dari Kantor Administratif Pengadilan AS. Menurut lembaga itu, total pengajuan kepailitan naik hanya 2 persen dibandingkan dengan kasus pada tahun sebelumnya. Sedangkan pengajuan izin bisnis meningkat 9,9 persen.
Sebelumnya, media USA Today melaporkan sebuah studi mengenai kerapuhan sistem perbankan Amerika Serikat (AS). Studi itu menemukan fakta bahwa masih ada 186 bank lagi yang berisiko mengalami kebangkrutan. Studi itu keluar setelah Bank Silicon Valley dan beberapa bank lainnya bangkrut.
"Dengan bangkrutnya tiga bank regional sejak Maret, dan satu bank lagi tengah berada di ujung tanduk, apakah Amerika akan segera mengalami rentetan kebangkrutan bank?" kata USA Today.
Bloomberg melaporkan bahwa PacWest Bancorp yang berbasis di San Francisco sedang mempertimbangkan untuk menjual sahamnya, dengan penurunan nilai bermargin besar.
Baca Juga: Amerika Serikat Kehabisan Uang untuk Bayar Utang, Indonesia Terancam Kena Dampaknya!
Pada akhir April 2023, First Republic Bank menjadi bank ketiga yang kolaps. Dan itu menjadi kebangkrutan bank terbesar kedua dalam sejarah AS setelah Washington Mutual yang kolaps pada 2008 di tengah krisis keuangan. Sementara itu, Silicon Valley Bank dan Signature Bank gulung tikar pada Maret.
"Bank-bank regional mengalami kegagalan karena kenaikan suku bunga Federal Reserve (The Fed) yang agresif untuk menekan inflasi telah mengikis nilai aset-aset bank seperti obligasi pemerintah dan sekuritas berbasis hipotek," papar laporan tersebut.
"Penurunan nilai aset bank baru-baru ini secara signifikan meningkatkan kerentanan sistem perbankan AS terhadap penarikan dana besar-besaran oleh deposan (bank run) yang tidak diasuransikan," tulis para ekonom dalam sebuah makalah terbaru yang diterbitkan di Social Science Research Network.
Penulis : Dina Karina Editor : Gading-Persada
Sumber : Antara