Sultan Zainal Abidin, Peletak Dasar Islam di Ternate dan Murid Sunan Giri
Risalah | 15 April 2022, 15:53 WIBDelapan tahun kemudian, atau pada 1494, Zainal Abidin pergi ke Jawa untuk memperdalam agama Islam. Zainal Abidin menuju pondok pesantren milik Sunan Giri, di mana ia mendapat julukan Sultan Bulawa atau Sultan Cengkih.
Julukan yang diberikan kepada Zainal Abidin ini karena ia datang ke Jawa membawa cengkih dari Bulawa, Gorontalo.
Baca juga: Mengenal Rahmah El-Yunusiah, Ulama dan Pejuang Pendidikan Perempuan di Indonesia
Peran Sultan Zainal Abidin
Setelah memperdalam agama Islam di Jawa selama beberapa waktu, Zainal Abidin kembali ke Ternate. Ia membawa beberapa ulama untuk mengembangkan agama Islam di kerajaannya, salah satunya adalah Tuhubahanul.
Sultan Zainal Abidin juga berperan mengembangkan Islam di kerajaannya. Salah satunya dengan mendirikan beberapa sekolah Islam. Para pengajar dari sekolah Islam yang dibangun oleh Sultan Zainal Abidin berasal dari Jawa.
Beberapa langkah besar yang dilakukan oleh Sultan Zainal Abidin selama mempimpin Kerajaan Ternate adalah sebagai berikut.
- Meninggalkan gelar Kolano yang digunakan pendahulunya
- Islam diakui sebagai agama resmi kerajaan
- Memberlakukan Syariat Islam
- Membentuk lembaga kerajaan sesuai hukum Islam dengan melibatkan para ulama
- Mendirikan madrasah Islam pertama di Ternate
Sikap dan arahan Sultan Zainal Abidin ini kemudian diikuti secara total oleh kerajaan-kerajaan lain di Maluku.
Baca juga: Mengenang Hadratusyaikh Hasyim Asy ari, Ulama Pendiri NU yang Wafat 7 Ramadan 1336 H
Akhir Hayat
Setelah Islam berkembang di Ternate, pengaruhnya kemudian menyebar ke seluruh Maluku.
Perkembangan Islam di Maluku pun semakin pesat setelah Sultan Zainal Abidin meninggal pada tahun 1500.
Sepeninggal Sultan Zainal Abidin, tampuk kekuasaan Kesultanan Ternate jatuh ke tangan putranya, Sultan Bayanullah.
Penulis : Baitur Rohman Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV