Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, Ulama Kalimantan yang Berpengaruh sampai Asia Tenggara
Risalah | 13 April 2022, 12:43 WIBKepulangan Itu terjadi pada tahun 1772. Lantas, ia ditunjuk oleh Sultan Tahmidullah II, yang saat itu memimpin Kesultanan Banjar untuk jadi pengembang Islam di Kesultanan Banjar hingga meluaskan pengaruhnya yang begitu besar hingga kini.
Pengaruh ke Masyarakat, Dikenal sebagai Wali
Nama syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari lebih dikenal dikenal masyarakat lewat oral history, tutur rakyat secara turun temurun.
Dan lazimnya cerita lisan, kisahnya juga dikisahkan seperti halnya legenda. Ulama yang tidak hanya alim terkait pengetahuan Islam seperti fiqih, Syariah, ilmu alat hingga ilmu terkini.
Ia dikenal bukan sekadar ulama, tapi juga wali yang kerap bersentuhan dengan kisah karamah seperti lazimnya Walisongo dalam penyebaran Islam di Jawa.
“Sehingga, nama Al-Banjari dikenal sebagai tokoh besar yang dihormati dan dikeramatkan di Kalimantan Selatan karena dianggap seorang wali. Ia mampu meluaskan pengaruhnya hingga masyarakat hingga ke Asia Tenggara,” tulis Dr. Mufrida Zein di buku di atas.
Baca Juga: Syekh Yusuf Al-Makassari, Ulama, Sufi dan Pahlawan RI Peletak Dasar Islam di Afrika Selatan
Karya Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari
Ia membuka pusat pendidikan agama Islam atau sebuah pondok pesantren yang diberi nama Dalam Pagar. Tempat ini sebagai pusat Islam.
Selain itu, kitabnya Sabilal Mubtadin menjadi pedoman pendidikan agama Islam di Kesultanan Banjar dan bahkan menjadi rujukan bagi penuntut ilmu Islam di Asia Tenggara.
Selain kitab itu, selama hidup ia juga menulis banyak kitab di antaranya adalah:
- Kitab Ushuluddin yang biasa disebut Kitab Sifat Duapuluh
- Kitab Tuhfatur Raghibin Kitab Nuqtatul Ajlan
- Kitabul Fara-idl Kitab Sabi al-Muhtadin li at-Tafaqquh fi Amriddin
- Kitab Kanz al-Makrifah Kitab Luqtat al-’Ijlan fi Bayan al-Haid wa Istihada wa Nifas al-Niswan
Beliau wafat setelah mengabdikan diri hampir seluruh hidupnya bagi perkembangan agama Islam dan kemajuan pendidikan Islam pada tahun 1812 di usia 102 tahun.
Setelah kematiannya, namanya terus dikenang sebagai ulama besar dari Kalimantan. Pusaranya sendiri terletak di Kalampayan, Kec. Astambul, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.
Makamnya diziarahi sepanjang tahun oleh banyak peziarah dari pelbagai wilayah di Indonesia hingga kini. Bukti ia adalah ulama besar dari Kalimatan yang dicintai dan berpengaruh besar bagi masyarakat.
Penulis : Dedik Priyanto Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV