> >

Mengenal Syekh Kholil Bangkalan, Mahaguru Ulama dan Para Kiai Nahdlatul Ulama

Risalah | 12 April 2022, 13:16 WIB
Syaikhona Cholil Bangkalan ulama dan Mahaguru dari pesantren dan ulama-ulama NU (Sumber: Kompas)

Syekh Kholil Bangkalan akhirnya mendirikan pesantren yang akhirnya memiliki banyak murid-murid yang juga menjadi ulama-ulama di tanah Jawa.

Beberapa di antaranya adalah, Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari dan KH Wahab Wasbullah, tokoh ulama yang mendirikan Nahdlatul Ulama tahun 1926.

“Ia dikenal sebagai seorang pakar fiqih, tata bahasa, arab nahwu, dan searang mursyid tarekat,” tulis buku tersebut.

Baca Juga: Jejak Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, Mahaguru Ulama Nusantara di Makkah

Kisah Pendirian NU, Restu dari Syaichona KH Kholil Bangkalan

Ketika Syaichona Cholil menjadi ulama besar, karisma dan namanya sangat dihormati di seluruh kalangan masyarakat Islam, khususnya kaum pesantren.

Saat organisasi Nahdlatul Ulama (NU) akan didirikan sebelum tahun 1926, Hadratusyaikh KH Hasyim Asy’ari dilanda kebimbangan yang luar biasa. Apakah pendirian NU itu penting bagi umat dan bangsa?

Dikisahkan, Syaichona Cholil Bangkalan seperti mampu merasakan keresahan KH Hasyim Asy’ari lalu mengutus santrinya, Kiai As’ad Syamsul Arifin kepada KH Hasyim Asy’ari.

Bahkan, Kiai As’ad datang dua kali, pertama ia mengantarkan sebuah tongkat dan pesan satu ayat dari Al-Qur’an surah Thaha ayat 17-23, dan kedua ia mengantarkan sebuah tasbih dan amalan "Yâ Jabbâr Yâ Qahhâr".

Dua hal in dianggap sebagai hal yang menguatkan hati dari Hadratusyaikh saat bimbang. Gurunya, KH Kholil Bangkalan, sudah merestui untuk merapatkan barisan para kiai.

Keresahan yang semula menghinggapi KH Hasyim Asy’ari reda berubah menjadi keyakinan untuk mendirikan organisasi dengan nama Nahdlatul Ulama yang bermakna kebangkitan ulama.

Organisasi yang dikenal sekarang menjadi organisasi para ulama terbesar di Indonesia.

Selain itu beliau dikenal sebagai seorang penulis kitab yang produktif sejak di Mekkah. Karyanya menjadi rujukan di pesantren-pesantren di Indonesia, antara lain:

  • Kitab Silah fi Bayin Nikah 
  • Kitab Tarjamah Alfiyah ibn Malik
  • Kitab Asma’ul Husna
  • Ijazah Barzakhiyah 
  • Taqrirat ala Mandhumah Nuzhatit Thullab. dll

Pada 29 Ramadan 1341 Hijriah atau 14 Mei 1923 M sosok ini berpulang pada usia lebih dari 100 tahun. Beliau dikebumikan di Martajesa, Kecamatan Bangkalan.

Pusara KH Kholil Bangkalan sampai saat ini menjadi salah satu tujuan berziarah utama di Jawa dan didatangi banyak peziarah dari segala penjuru negeri ini hampir sepanjang tahun. Bukti pengaruhnya masih kuat sampai hari ini.

Penulis : Dedik Priyanto Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU