> >

Kisah Lawas Soeharto dan Gus Dur soal Tarawih 23 dan 11 Rakaat: Awalnya Tegang, Berujung Candaan

Cerita | 5 April 2022, 05:32 WIB
Presiden kedua RI Soeharto dan Presiden keempat Gus Dur, pernah terlibat obrolan serius tapi santai soal jumlah salat tarawih (Sumber: NU Online)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Presiden kedua RI Soeharto dan Presiden keempat Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, pernah berkelakar soal jumlah salat tarawih, antara 23 rakaat atau 11 rakaat. Begini kisahnya:

Suatu hari di bulan Ramadan, Gus Dur diundang oleh Soeharto ke kediamannya di Jalan Cendana Jakarta untuk berbuka puasa bersama.

“Waktu itu Gus Dur hadir ditemani Kiai Asrowi,” tulis situs resmi NU mengisahkan pertemuan itu. 

Pada masa itu Orde Baru dan Soeharto masih kuat berkuasa. Kisah itu terjadi tahun 90-an. Gus Dur dan Soeharto dikenal bermusuhan secara ideologi politik, meski begitu, keduanya juga sering kunjung-mengunjungi.

Hal ini lantaran, Gus Dur masih memegang pucuk tertinggi ormas Islam di Indonesia, yakni NU. Sedangkan Soeharto di akhir-akhir kekusaannya lagi gencar-gencarnya mendekati ormas dan kelompok Islam.  

Singkat cerita, setelah buka puasa, lantas keduanya salat maghrib berjamaah. Setelahnya, ada jamuan makan. Mereka minum kopi, minum teh, dan makan. Dari situlah, terjadi dialog antara Soeharto dan Gus Dur soal tarawih.

Baca Juga: Kisah Kedekatan Dorce Gamalama dan Gus Dur, Sampai Diminta Jadi ‘Menteri Pegadaian’

 “Gus Dur sampai malam di sini?” tanya Soeharto.

“Enggak pak! Saya harus segera pergi ke tempat yang lain,” jawab Gus Dur

“Oh, iya ya ya....silaken. Tapi kiainya kan ditinggal di sini, ya?” kata Soeharto. 

Tentu saja, jika Soeharto sudah berucap sesuatu, maka yang lain wajib mematuhi. Situasi pun sempat menegang, tapi bukan Gus Dur namanya jika tidak bisa membut suasana jadi cair lagi. 

“Oh, Iya Pak! Tapi harus ada penjelasan,” kata Gus Dur.

“Penjelasan apa?” Soeharto penasaran.

“Salat tarawihnya nanti itu ngikutin NU lama atau NU baru?” jawab Gus Dur. 

Mendengar ucapan Gus Dur itu, Soeharto jadi bingung. Baru kali ini ia mendengar ada NU lama dan NU baru. Lantas, ia pun bertanya,  “Lho, NU lama dengan NU baru apa bedanya?”

“Kalau NU lama, tarawih dan witirnya itu 23 rakaat,” jawabnya.

“Oh Iya..ya..ya..ya....gak apa-apa,” ucap Soeharto.

Gus Dur sementara diam tak lagi berbicara. Keduanya pun hening sejenak.

Sejurus kemudian Soeharto bertanya lagi,”Kalau NU baru bagaimana?

“Diskon 60 persen! Hahaha...” kelakar Gus Dur.

Gus Dur, Soeharto dan semua orang yang ada di sekitarnya tertawa mendengar dialog itu. Suasana pun jadi begitu cair dengan candaan. 

“Ya, jadi salat tarawih dan witirnya cuma tinggal 11 rakaat,” canda Gus Dur.

Tarawihnya didiskon 60 persen, dari 23 rekaat jadi cuma 11 rekaat.

“Ya sudah, saya ikut NU baru saja, pinggang saya sakit," kelakar Soeharto. 

Begitulah obrolan antara dua Presiden, Soeharto dan Gus Dur. 

Penulis : Dedik Priyanto Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV

Tag

TERBARU