> >

Bubur Samin Masjid Darussalam Solo Hadir Kembali, Kenapa Sajian Khas Ramadan Ini Begitu Melegenda?

Tradisi | 4 April 2022, 17:03 WIB
Proses pembuatan bubur Samin khas Banjar di Masjid Darussalam, Kota Solo, Jawa Tengah. (Sumber: Tribun Solo/Vincentius Jyestha)

SOLO, KOMPAS.TV - Masjid Darussalam, Kota Solo, Jawa Tengah, kembali menghadirkan bubur Samin khas Banjar, yang sudah absen selama dua Ramadan sebelumnya.

Ketua Takmir Masjid Darussalam Rosyidi Muhfhor mengatakan, untuk bulan puasa kali ini, pihaknya akan menyiapkan sekitar 1.300 porsi bubur Samin setiap hari.

Pada hari pertama puasa kemarin, Minggu (3/4/2022), Rosyidi pun menuturkan bahwa masyarakat mulai menyerbu pembagian bubur Samin sejak pukul 15.00 WIB atau selepas masuk waktu salat Asar.

"Karena Bapak Presiden Jokowi memberi kelonggaran, boleh menggelar kegiatan Ramadan, maka kami berniat membuka lagi (pembagian bubur Samin), kata Rosyidi dikutip dari Tribun Solo, Senin (4/4/2022).

Baca Juga: Yummy! Tradisi Bubur Samin Khas Ramadan di Solo

Menurut Rosyidi, alasan masyarakat begitu suka dengan bubur Samin, karena sajian khas Ramadan tersebut memang berbeda dengan bubur-bubur lainnya.

"Saat dimakan, (bubur Samin) itu membuat badan rasanya hangat. Ada khasiatnya, karena diolah dari rempah-rempah dan pakai minyak samin," jelas Rosyidi.

"Itu yang menjadikan bubur Samin beraroma sedap dan berciri khas Banjar," sambungnya.

Selain itu, Rosyidi menuturkan bahwa pembagian bubur Samin sebagai menu buka puasa itu termasuk tradisi yang melegenda, lantaran sudah berlangsung sejak 1985.

Baca Juga: Sejarah Masjid Laweyan, Tertua di Kota Solo yang Bercorak Hindu-Jawa

"Jadi, awalnya itu dari buka bersama para warga Banjar dulu. Sejak jadi menu buka puasa pada 1985, (bubur Samin) banyak yang suka dan meminta," ujar Rosyidi.

"Awalnya tidak banyak membuatnya (bubur Samin untuk dibagikan), hanya 15 kilogram. Mulanya, untuk jemaah masjid lalu sisanya dibagikan ke masyarakat." imbuhnya.

Namun, lambat laun semakin banyak masyarakat minat dengan bubur Samin, sehingga pembuatannya sempat mencapai 45 kilogram dalam sehari.

Lebih lanjut, Rosyidi menuturkan, kehadiran bubur Samin di Kota Bengawan ini juga menunjukan peran para perantau dari Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.

Baca Juga: Tabuh Beduk Blandrangan Sehari Sebelum Ramadan, Apakah Tradisi Peninggalan Sunan Kudus?

"Bubur Samin ini tidak lepas dari para perantau dari Martapura ke Solo. Mereka datang kesini sekitar tahun 1890-an," ungkapnya.

Hal tersebut pun dibenarkan oleh Ketua Jayengan Kampung Permata Yusuf Akhmad Al Khatiri, yang menyebutkan bahwa banyak orang Banjar datang ke Kota Solo pada waktu itu.

Tujuannya, untuk membuat perhiasan dengan batu permata, atas permintaan dan undangan dari pihak Keraton Kasunanan Surakarta.

"Raja mengundang pemuda Martapura (Banjar), mungkin lima atau sepuluh orang. Mereka bermukim di sini untuk mengerjakan perhiasan itu," terang Yusuf.

"Butuh waktu sampai tiga bulan untuk mengerjakan itu, sehingga mereka tidak sempat pulang. Kemudian dapat jodoh orang sini (Solo), laki-lakinya orang Banjar, istrinya Jawa," sambungnya.

Dari para keturunan Banjar dan Jawa ini lah lantas mengakarnya tradisi pembuatan bubur Samin sebagai sajian khas Ramadan di Kota Solo, khususnya kawasan Jayengan.

Penulis : Aryo Sumbogo Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Tribun Solo


TERBARU