Mengenal Hisab dan Rukyatul Hilal, Dua Metode Penentuan Awal Ramadan dalam Sidang Isbat Kemenag
Panduan | 1 April 2022, 06:40 WIBSOLO, KOMPAS.TV — Awal Ramadan 2022 atau Ramadan 1443 Hijriah akan ditentukan Kementerian Agama (Kemenag) dalam sidang isbat yang akan digelar hari ini, Jumat (1/4).
Sidang isbat Kemenag dijadwalkan akan digelar mulai pukul 17.00 WIB. Adapun agendanya ada tiga, pertama seminar posisi hilal, kedua pada pukul 18.00 WIB sidang isbat (penetapan), ketiga telekonferensi pers penetapan 1 Ramadan 1443 Hijriah pada pukul 19.15 WIB.
Berikut ini metode penentuan awal Ramadan yang menjadi pertimbangan penetapan 1 Ramadan dalam sidang isbat Kemenag:
Diberitakan KOMPAS.TV sebelumnya, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kemenag Adib, menjelaskan sidang isbat akan mempertimbangkan informasi awal berdasarkan hasil perhitungan secara astronomis (hisab) dan hasil konfirmasi lapangan melalui mekanisme pemantauan (rukyatul) hilal.
Baca Juga: Wapres Sebut Ramadan Tahun Ini Jadi Penentu Indonesia Masuk Endemi atau Masih Pandemi
1. Metode Hisab
Secara hisab, kata Adib, semua sistem sepakat bahwa ijtimak menjelang Ramadan jatuh pada Jumat, 1 April 2022 M, atau bertepatan dengan 29 Syakban 1443 H pukul 13.24 WIB.
"Pada hari rukyat, 29 Syakban 1443 H, ketinggian hilal di seluruh wilayah Indonesia sudah di atas ufuk, berkisar antara 1 derajat 6,78 menit sampai dengan 2 derajat 10,02 menit," kata Adib, dalam keterangannya, Jumat (25/3).
Hisab dapat diartikan dengan penghitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan dalam menentukan dimulainya awal bulan pada kalender Hijriah.
Ada beberapa rujukan atau kitab yang digunakan untuk metode hisab di Indonesia, salah satunya menggunakan metode kontemporer.
Caranya, yakni menggunakan rumus-rumus yang ada pada kitab tersebut, seperti bagaimana cara untuk menghitung awal bulan dengan data astronomis yang ada.
2. Metode Rukyatul Hilal
Mengenai kapan awal Ramadan 1443 H, Adib mengatakan masih menunggu hasil rukyatul (pemantauan) hilal.
Dalam proses rukyatul hilal, Kemenag menetapkan 101 lokasi titik rukyatul hilal di seluruh Indonesia.
Untuk diketahui, rukyatul hilal adalah proses melihat dan mengamati hilal langsung. Hilal secara bahasa adalah bulan sabit. Hilal disebut juga bulan sabit muda sangat tipis yang terjadi pada fase awal bulan baru.
Dalam prosesi melakukan rukyatul hilal, maka para petugas yang melakukan pengamatannya akan dilakukan pada hari ke 29 atau malam ke 30, dari bulan yang sedang berjalan.
Misalnya, kalau untuk Ramadan, maka rukyatul hilal atau pengamatan dalam proses melihat hilal itu akan terjadi di akhir bulan.
Umumnya, metode Rukyat digunakan guna menentukan awal bulan Zulhijah, Ramadan, dan Syawal.
Dalam melakukan pemantauan, Kemenag bekerja sama dengan organisasi masyarakat Islam, pakar BMKG, pakar Lapan, dan pondok pesantren yang telah melakukan penghitungan di wilayahnya.
Penghitungan tersebut dilakukan untuk menghindari terjadinya "salah lihat".
Sebab, jika tinggi hilal berada di bawah 2 atau 4 derajat, maka kemungkinan obyek yang dilihat bukan hilal, melainkan bintang, lampu kapal, atau obyek lainnya.
Hilal bisa dilihat dengan ketinggian minimal 2 derajat, elongasi (jarak sudut matahari-bulan) 3 derajat, dan umur minimal 8 jam saat ijtimak.
Baca Juga: Ada Potensi Perbedaan Penetapan Awal Puasa di Ramadan 1443 H, PBNU: Bukan Masalah Besar
Potensi perbedaan awal Ramadan 2022
Awal Ramadan 2022 disebut berpotensi berbeda antara Muhammadiyah dan Kemenag
Perbedaan itu misalnya, Muhammadiyah jauh-jauh hari sudah mengeluarkan maklumat awal puasa mulai Sabtu, 2 April 2022.
Sedangkan, prediksi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memprediksi 1 April 2022 hilal kemungkinan tidak akan terlihat.
Profesor riset bidang Astronomi dan Astrofisika, Pusat Riset Antariksa BRIN Thomas Djamaluddin menyatakan sangat mungkin Sidang Isbat Kemnag akan memutuskan 1 Ramadan 1443 jatuh pada 3 April 2022.
Hal tersebut sebagaimana kebijakan Kemenag yang mengadopsi kriteria baru Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS).
Sejak awal 2022, Kemenag mengadopsi Kriteria Baru MABIMS, yaitu tinggi bulan minimal 3 derajat dan elongasi minimal 6,4 derajat.
Dengan kriteria baru MABIMS, pada 1 April posisi bulan tidak mungkin teramati.
Thomas mengatakan, awal Ramadan 2022 tidak mungkin jatuh pada 1 April 2022 mengingat hilal terlalu rendah untuk diamati.
“Umumnya di wilayah Indonesia, tinggi bulan kurang dari dua derajat. Itu artinya rukyatul hilal (pengamatan) hilal pada saat maghrib 1 April berpotensi tidak terlihat. Sehingga berdasarkan rukyat, 1 Ramadan 1443 kemungkinan besar pada 3 April 2022” ujar Thomas dikutip dari lapan.go.id, Jumat (25/3/2022).
Penulis : Nurul Fitriana Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV