> >

Menilik Tradisi Ruwahan dan Perang Ketupat Jelang Ramadan di Bangka Belitung

Tradisi | 30 Maret 2022, 12:15 WIB
Tradisi perang ketupat di Bangka Belitung jelang Ramadan. Ada juga tradisi lain, yakni ruwahan. Tradisi ini sebagai bentuk doa (Sumber: bangkabaratkab.go.id)

“Orang mengenalnya sebagai tradisi ruwahan atau arwahan yaitu tradisi yang berkaitan dengan pengiriman arwah orang-orang yang telah meninggal dengan cara dido’akan bersama dengan mengundang tetangga kanan kiri,” kata Yuliandi, Penyuluh Agama islam dalam penjelasanya dikutip dari situs resmi Kemenag Babel.

Lantas, ia menjelaskan, ketika jelang Ramadan, maka dalam bulan yang disebut ‘Bulan Ruwah’ itu, tiba pasar-pasar akan kebanjiran order untuk selamatan ruwahan, di antaranya beras, bumbu-bumbu, lauk semuanya laris untuk kebutuhan selamatan ruwahan.

Dalam tradisi tersebut, para warga datang ke masjid atau musala membawa aneka makanan, termasuk ketupat beserta lauk pauk, untuk dimakan bersama setelah acara doa bersama.

Perang Ketupat sebagai Tradisi Jelang Ramadan 

Dalam tradisi tersebut, secara khusus ada yang unik, yakni perang ketupat.

"Khusus di pulau Bangka  terdapat  beberapa desa yang memperingatinya bak hari raya. Sebut  saja Keretak, Penagan, Gadung, Kace dan Tempilang yang dikenal dengan perang ketupatnya," kata Yuliandi. 
Pada Minggu 27 Maret 2022 perang ketupat ini secara resmi diberlakukan lagi setelah absen selama pandemi Covid.  

Perhelatan perang ketupat ditunggu-tunggu banyak pihak dan kali ini dilaksanakan di Pantai Pasir Kuning, Desa Tempilang. 

Acara dimulai dengan tari sambut dari Tempilang. Kemudian dilanjutkan sambutan dari pihak yang terlibat. Masyarakat dari berbagai daerah turut hadir menyemarakkan acara, dan hanya orang yang telah vaksin saja yang diperbolehkan untuk masuk. 

Tradisi ini ini sendiri menjadi warisan karya tak benda sejak 2014 lalu dan sebagai penanda Ramadan sudah di depan mata. 

Penulis : Dedik Priyanto Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV


TERBARU