Keramaian Pedagang Kulit Ketupat di Pasar Palmerah
Tradisi | 12 Mei 2021, 10:54 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Sehari jelang Lebaran yang akan jatuh pada Kamis (13/5/2021), sejumlah pedagang kulit ketupat sudah berjejer sejak seminggu lalui.
Mereka menjajakan kulit ketupat di tepi jalan, di sepanjang jalan depan Pasar Palmerah, Jakarta Barat hingga ke pasar pisang yang lokasinya berdekatan.
Pedagang yang rata-rata berasal dari Provinsi Banten itu sudah menyiapkan dagangan sejak beberapa hari lalu. "Kalau mau lebaran begini, biasa pembeli ramai," kata salah seorang pedagang.
Satu ikat kulit ketupat dijual antara Rp 10.000-20.000.
Ketupat memang menjadi sajian khas Lebaran.
Diketahui, ketupat merupakan simbol perayaan hari raya umat muslim yang sudah ada sejak pemerintahan Demak sekitar abad ke-15.
Demak sendiri adalah kerajaan Islam pertama di Jawa yang membesarkan Islam dengan bantuan para Walisongo.
Dalam memasukkan Islam ke pedalaman, beberapa wali menggunakan pendekatan agraris dan budaya-budaya lokal.
Adalah Sunan Kalijaga, yang memasukkan ketupat ke berbagai peringatan hari besar Islami agar bisa mendapatkan hati rakyat pribumi.
Selain keluar di 1 Syawal, ketupat juga disajikan lagi di lebaran ketupat, yakni perayaan sepekan setelah Idul Fitri.
Sejarawan H.J. De Graaf menyebutkan bahwa, bisa jadi janur untuk membungkus ketupat menunjukkan identitas budaya pesisiran yang banyak ditumbuhi pohon kelapa.
Warna kuning pada janur dimaknai oleh De Graaf sebagai upaya masyarakat pesisir Jawa untuk membedakan warna hijau dari Timur Tengah dan merah dari Asia Timur.
Sementara itu menurut Slamet Mulyono dalam 'Kamus Pepak Basa Jawa', kata ketupat berasal dari ‘kupat’.
Penyebutan ketupat sebagai kupat juga banyak digunakan oleh masyarakat Sunda dan Jawa.
Kupat sendiri memiliki arti unik, yaitu ‘ngaku lepat’ atau mengakui kesalahan.
Tak hanya di Indonesia, ketupat juga ditemukan di Asia Tenggara khususnya daerah yang didominasi suku Melayu.
Penulis : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV