Andre Moller, Dokumentasi Ramadan di Jawa dan Feminis Barat
Cerita | 14 April 2021, 04:00 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Andre Moller adalah ahli bahasa dan penulis buku kelahiran Swedia tahun 1975. Salah satu bukunya mendokumentasikan tradisi puasa di masyarakat Jawa yang diberi judul Ramadan di Jawa, Pandangan dari Luar yang diterbitkan Penerbit Nalar tahun 2005.
Buku ini merupakan disertasi Andre Moller, yang terbilang jarang karena tema ramadan tidak banyak diangkat ke dalam disertasi oleh peneliti Barat.
"Bayangkan saja, misalnya, betapa menariknya jika kita memiliki dokumentasi tentang umat Islam di Jawa selama bulan puasa dari tahun 1930an!" kata Andre dalam kata pengantarnya.
Salah satu kajian dari buku karya Andre ini adalah peran perempuan selama bulan puasa. Menurut Andre, peran perempuan selama ibadah puasa sama dengan kaum pria. Namun, ada beberapa hal yang berbeda bahkan bisa menimbulkan keanehan tersendiri.
Baca Juga: Lemang Ketan Kramat Jadi Rebutan Warga Saat Buka Puasa Perdana di Bulan Ramadan 2021
"Di dalam masjid, biasanya lelakilah yang membaca Quran, tapi selain itu merupakan kesan saya bahwa para perempuan di Jawa lebih rajin membaca Quran dibandingkan dengan para lelaki," katanya.
Andre mencatat beberapa hal yang hanya dilakukan kaum pria. " Berhubungan dengan takbiran dan sesi rukyatul hilal, memang diperlukan lelaki (sebagaimana diharuskan mazhab Syafii). Mungkin saja keadaan ini mengagetkan sejumlah tokoh feminis di Barat. Akan tetapi saya tidak pernah mendengar keluhan dari para perempuan di Jawa atas keadaan ini," ungkapnya.
Meski tidak bisa ikut takbiran dan sesi rukyatul hilal, kata Andre, perempuan di Jawa tetap merasa bangga sebab masih mampu menyajikan makanan yang enak buat keluarga.
"Seperti telah dikemukakan, masak merupakan kegiatan yang dikhususkan pada perempuan Jawa, dan banyak perempuan ikut merasa bangga atas makanan yang mereka sediakan," katanya.
Baca Juga: Presiden Jokowi Buka Puasa Perdana Bersama Keluarga di Istana Bogor
Andre berpesan kepada kaum feminis di Barat untuk tidak usah kaget. "Bahwasanya para perempuan sibuk memasak ketika para lelaki ikut takbiran dan rukyatul hilal hendaknya juga tidak mengagetkan para feminis di Barat," jelasnya.
Hal ini, ungkapnya, sama saja dengan tradisi merayakan Natal di Barat. "Para perempuan memasak, sedangkan para lelaki keluar mencari pohon natal," kata Andre.
Penulis : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV