Pengakuan Susi Pudjiastuti PHK Karyawannya: Terpaksa, Penerbangan Susi Air Hampir 99 Persen Hilang
Ukm | 4 Juni 2020, 21:24 WIBSeperti diketahui, ratusan pilot Garuda Indonesia diputus hubungan kerja (PHK). Mereka yang dipecat khususnya yang berstatus karyawan kontrak.
Menurut Ketua Asosiasi Pilot Garuda (APG), Capt Bintang Muzaini, ada sekitar 181 pilot Garuda Indonesia yang terkena PHK per tanggal 1 Juni 2020.
APG sudah menyatakan keberatan atas keputusan perusahaan tersebut. Pasalnya, keputusan dan kabar PHK disampaikan secara mendadak, tak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan kontrak kerja.
Muzaini membeberkan, surat PHK baru disampaikan oleh manajemen Garuda Indonesia kepada para pilot sehari sebelum akhir pekan, yakni pada 29 Mei 2020.
Baca Juga: Beda Dari Yang Lain, Perusahaan Ini Pekerjakan Ratusan Korban PHK
"Itu pun tengah malam pemberitahuannya, pukul 23.39 WIB dengan target terhitung tanggal 1 Juni diberhentikan," kata Muzaini dikutip dari Tribunnews.com, Selasa (2/6/2020).
”Cuma 3 kali 24 jam pemberitahuannya dan di hari libur panjang Sabtu, Minggu, Senin. Yang seharusnya ada di kontrak sepengetahuan kami itu paling 30 hari atau ada yang lebih ada yang sampai 90 hari, itu juga yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan."
Muzaini menambahkan, PHK di Garuda tak hanya menyasar pilot baru atau junior. PHK juga menyasar pilot senior dengan pengalaman jam terbang lebih panjang.
Padahal menurutnya, pilot-pilot tersebut masih layak terbang dan mendukung operasional perusahaan jelang masa normal. "Justru itu yang senior- senior semua, pilot terbaik kami," kata Muzaini.
Baca Juga: Ashanty Kritik Perusahaan Besar PHK Karyawan: Keluarin Dulu Lah Tabungan Owner
PHK terhadap para pilot sendiri diprediksi akan terus berlanjut. Pasalnya, ada sekitar 700 pilot termasuk yang status pegawai tetap akan terkena.
"Kita memprediksi kemungkinan di Garuda terjadi pengurangan sampai 700 pilot totalnya," ujar Muzaini.
"Ini memang dampak Covid seperti ini, bisa dilihat sendiri bandara seperti apa, penumpang seperti apa, wah anjloknya nggak kira-kira. Penerbangan nomor dua, pariwisata duluan."
Penulis : Tito-Dirhantoro
Sumber : Kompas TV