> >

Jumlah Warga Miskin Naik, Kemenkeu: Karena Inflasi Pangan Akibat Perang Rusia-Ukraina

Ekonomi dan bisnis | 17 Januari 2023, 11:20 WIB
Kepala Kebijakan Fiskal Kemenkeu Febrio Kacaribu (Sumber: KOMPAS.com/AKHDI MARTIN PRATAMA)

“Keputusan Pemerintah untuk menaikkan subsidi energi menjadi Rp551 triliun menjadi faktor utama menjaga angka kemiskinan. Selain juga gerak cepat menurunkan inflasi pangan,” ucap Febrio.

BPS juga merilis data tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia (Rasio Gini). Hasilnya, 
pada September 2022 Rasio Gini tercatat sebesar 0,381, menurun 0,003 poin dari Maret 2022 (0,384).

Penurunan Rasio Gini dipengaruhi oleh penurunan ketimpangan di perkotaan dan perdesaan, yang masing-masing menurun tipis 0,001 dari posisi Maret 2022. 

Febrio menuturkan, hal itu tak lepas dari upaya pemerintah dalam memeratakan pembangunan dan investasi. 

Baca Juga: Kemiskinan Naik, DPR Minta Dana Istimewa DIY Dipakai untuk Kesejahteraan Warga

 “Upaya Pemerintah untuk mendorong inklusivitas pertumbuhan ekonomi terlihat dari penurunan ketimpangan baik di perkotaan maupun perdesaan. Bahkan, ketimpangan di perdesaan juga terus menunjukkan perbaikan dibandingkan level prapandemi,” lanjut Febrio.

Ia optimistis, tingkat kemiskinan akan bisa turun, berkaca dari inflasi bahan pangan (volatile food) yang menunjukkan tren penurunan signifikan dari September 2022 (9,0 persen, yoy) hingga Desember 2022 (5,6 persen, yoy).

Hal ini didukung pula dengan perbaikan kondisi ketenagakerjaan, di mana Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Agustus 2022 meningkat mencapai 68,63 persen, hal ini akan mendorong perbaikan pendapatan masyarakat. 

“Ke depan, Pemerintah perlu menjaga momentum penurunan inflasi dan mengakselerasi realisasi belanja pada Triwulan 1 2023 untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi dan menurunkan angka kemiskinan,” tutupnya.

Penulis : Dina Karina Editor : Iman-Firdaus

Sumber :


TERBARU