Sumbang Inflasi November, Harga Tempe Naik karena Stok Kedelai Tipis dan Impornya Turun
Ekonomi dan bisnis | 2 Desember 2022, 06:15 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Setianto menyatakan, kenaikan harga tempe dan tahu disebabkan stok kedelai di dalam negeri yang semakin menipis. Sedangkan realisasi impor kedelai juga melambat.
"Kondisi ini kami himpun berdasarkan data Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas dan Kementerian Pertanian," kata Setianto dalam konferensi pers virtual, Kamis (1/12/2022).
Ia menjelaskan, merujuk data Chicago Board of Trade, kenaikan harga kedelai impor sudah terjadi sejak September 2022. Hal itu terlihat pada data produk pangan turunan kedelai di Indonesia, seperti tempe dan tahu.
Dalam 3 bulan terakhir, BPS mencatat ada kenaikan harga produk pangan turunan kedelai. Yakni tempe yang sebesar Rp12.421 per kilogram pada September 2022 menjadi Rp12.682 per kg di Oktober 2022, serta Rp12.949 per kg pada November 2022.
Lalu untuk produk tahu, harganya meningkat dari sebesar Rp11.330 per kg pada September 2022 menjadi Rp11.438 per kg di Oktober 2022, serta Rp11.680 per kg pada November 2022.
Baca Juga: BI Optimistis Inflasi 2023 di Angka 3-4 Persen, Harga Barang Impor dan Rupiah Terkendali
Sehingga, harga tempe dan tahu masing-masing naik 2,13 persen pada September dibanding bulan sebelumnya (month-to-month/mtm) dan 2,12 persen (mtm) pada bulan November 2022.
"Tempe dan tahu menyumbang kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau inflasi, masing-masing sebesar 0,01 persen secara bulanan, " ujar Setianto.
Kemudian jika dilihat secara tahunan, harga komoditas tempe dan tahu bahkan meningkat masing-masing sebesar 13,56 persen dan 12,43 persen.
Kedua komoditas ini memberi andil inflasi IHK masing-masing sebesar 0,05 persen secara tahunan.
Penulis : Dina Karina Editor : Gading-Persada
Sumber :