Pendiri Ruangguru Ungkap Penyebab PHK: Rekrutmen yang Terlalu Besar dan Terlalu Cepat
Ekonomi dan bisnis | 21 November 2022, 14:22 WIBNamun dengan tekanan kondisi global saat ini, pendanaan investor sudah tak sebesar dulu lagi.
"Ruangguru saja, yang tahun lalu mengumumkan menghasilkan profit, mereka akhirnya pilih PHK. Ya walaupun (profit) karena Program Kartu Prakarya," kata Nailul kepada Kompas TV, Senin (21/11/2022).
Sebagai informasi, Ruangguru adalah salah satu penyedia jasa layanan pelatihan bagi peserta Kartu Prakerja.
Ia menyebutkan, investasi yang masuk ke tech company di RI pada tahun 2021 mencapai Rp144 triliun. Jumlah itu turun tajam di tahun ini. Hingga Juni 2022, investasi yang masuk ke tech company dalam negeri baru Rp36 triliun.
"Investor lagi kekurangan likuiditas. Sehingga mereka benar-benar memilih mau taruh duit di perusahaan mana. Sedangkan gaji karyawan tech company itu gede-gede, itu investor melihatnya sebagai beban," ucap Nailul.
"Sehingga saat harus lakukan efisiensi, PHK karyawan jadi dilakukan," lanjutnya.
Untuk model bisnis tech company yang lama, seperti Gojek dan Tokopedia di awal-awal kemunculannya, mereka masih bisa merugi hingga 10 tahun. Karena saat itu investor melihatnya sebagai bisnis masa depan.
Tapi sekarang, startup diminta punya model bisnis yang maksimal merugi hanya 5 tahun. Memasuki tahun ke-6, mereka sudah harus bisa menghasilkan keuntungan.
"Jadi strategi bakar duitnya enggak boleh lama-lama, diganti jadi strategi yang lebih sustain buat perusahaan," kata Nailul.
Lantas apa yang seharusnya dilakukan pemerintah? Pertama, adalah memastikan semua pekerja yang di PHK mendapat haknya sesuai ketentuan yang berlaku.
Kedua, perusahaan venture capital milik BUMN harus menggenjot pendanaan ke startup lokal.
"Seperti kemarin venture capital milik Telkom menyuntik dana ke beberapa startup. Nah itu harus digalakkan. Agar memancing juga investor swasta untuk tanamkan uangnya. Sehingga terbentuk persepsi jika tech company di Indonesia memang masih layak untuk diinvestasikan," tandas dia.
Penulis : Dina Karina Editor : Purwanto
Sumber :