Pendiri Ruangguru Ungkap Penyebab PHK: Rekrutmen yang Terlalu Besar dan Terlalu Cepat
Ekonomi dan bisnis | 21 November 2022, 14:22 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Pendiri startup Ruangguru, Belva Devara dan Iman Usman membuat pernyataan bersama terkait PHK yang dilakukan Ruangguru. Mereka berdalih salah satu penyebab PHK adalah rekrutmen besar-besaran pada awal pandemi Covid-19 di tahun 2020 yang diikuti situasi ekonomi global yang memburuk secara drastis.
Belva dan Iman mengatakan, PHK karyawan adalah keputusan terberat yang harus diambil.
"Kami meminta maaf atas kegagalan kami dalam memprediksi dan mengantisipasi situasi ekonomi yang berkembang cepat," pernyataan bersama Belva dan Iman yang diunggah ke akun instagram dua pendiri Ruang Guru itu dikutip Senin (21/11/2022).
"Di awal pandemi, layanan Ruangguru mengalami peningkatan permintaan yang besar yang berujung pada rekrutmen yang terlalu banyak dan terlalu cepat dalam dua tahun terakhir."
Setelah rekrutmen besar-besaran, ternyata situasi ekonomi global belakangan ini memburuk secara drastis dan berada pada titik terendah dalam puluhan tahun terakhir. Terlihat dari tingginya angka inflasi dan kenaikan suku bunga yang membuat iklim investasi dunia memburuk secara signifikan.
"Hal ini berdampak luas kepada komunitas startup teknologi global, termasuk kami di Ruangguru," ujar mereka.
Keduanya menjamin karyawan Ruangguru yang terdampak PHK memperoleh pesangon, penghargaan masa kerja dan penggantian hak sesuai UU, perpanjangan asuransi dan gaji bulan terakhir bekerja juga dibayarkan penuh.
"Kami pun mengalokasikan tim rekruter Ruangguru khusus untuk memberikan dukungan pencarian perkerjaan, konsultasi psikologis, dan akses kelas pengembangan karir jika dibutuhkan," kata keduanya.
"Kami mengerti bahwa banyak perasaan marah, sedih, dan kecewa atas hal ini maupun terhadap kami secara personal, dan untuk hal tersebut, kami terima dan kami meminta maaf," sambung mereka.
Untuk kelangsungan bisnis Ruangguru, perusahaan fokus pada hybrid learning dan pembukaan 100+ learning centers di Indonesia.
Sebelumnnya, peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Nailul Huda menyatakan model bisnis startup dan perusahaan teknologi saat ini memang masih strategi bakar uang. Walaupun belum menghasilkan keuntungan dan terus merugi, investor tetap membiayai startup dengan harapan perusahaan itu akan berkembang dan maju di masa depan.
Penulis : Dina Karina Editor : Purwanto
Sumber :