Nilai Ekonomi Sektor Pertambangan, Cetak Banyak Konglomerat dan Salah Satu Penyumbang Terbesar PDB
Ekonomi dan bisnis | 7 November 2022, 14:54 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Pertambangan menjadi sektor usaha yang telah lama menjadi penyumbang perekonomian negara.
Sejak era Orde Baru, pemerintahan Presiden Soeharto sudah memanfaatkan dan mengeksploitasi sumber daya alam mineral dan batu bara (minerba), dengan kontrak karya hingga puluhan tahun, baik itu oleh perusahaan milik negara, swasta nasional maupun swasta asing.
Dikutip dari laman Badan Pusat Staristik (BPS), definisi pertambangan adalah suatu kegiatan pengambilan endapan bahan galian berharga dan bernilai ekonomis dari dalam kulit bumi, baik secara mekanis maupun manual, pada permukaan bumi, di bawah permukaan bumi dan di bawah permukaan air.
Hasil kegiatan ini antara lain, minyak dan gas bumi, batu bara, pasir besi, bijih timah, bijih nikel, bijih bauksit, bijih tembaga, bijih emas, perak dan bijih mangan.
Baca Juga: Pimpinan Komisi III DPR Minta Kapolri Ungkap Dugaan Mafia Tambang yang Melibatkan Pati Polri
Dalam perjalanannya, sektor pertambangan juga mengalami pasang surut. Sebelum pandemi, harga komoditas pertambangan sempat menurun.
Namun dalam dua tahun terakhir, saat pandemi disusul Perang Rusia-Ukraina, harga komoditas tambang kembali meningkat.
Pada tahun 2021, tercatat pemasukan negara dari sektor minerba mencapai Rp124,4 triliun. Nilai tersebut mencakup pajak, bea keluar, hingga Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
Sementara hingga September 2022, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat PNBP dari sektor minerba mencapai Rp130 triliun.
Pertambangan juga jadi salah satu sektor penyumbang produk domestik bruto (PDB) terbesar, yakni sebesar Rp472,87 triliun (10,48 persen) pada kuartal I 2022.
Sektor ini juga menyerap banyak tenaga kerja. Kementerian ESDM mencatat pada tahun 2021, terdapat 23.857 orang tenaga kerja Indonesia di industri minerba dan 3.121 tenaga kerja asing.
Baca Juga: JATAM: Keterlibatan Polisi dalam Pusaran Tambang Ilegal, dari Pengawal hingga Pemodal
Pertambangan juga mencetak banyak konglomerat yang berhasil mengumpulkan pundi-pundi kekayaan hingga puluhan triliun rupiah. Kekayaan mereka mayoritas berasal dari tambang batu bara.
Indonesia memang dikenal sebagai salah satu produsen batu bara terbesar di dunia. Dikutip dari situs resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), esdm.go.id, tercatat cadangan batu bara Indonesia saat ini mencapai 38,84 miliar ton.
Diperkirakan dengan total cadangan itu, batu bara masih mencukupi sampai 65 tahun ke depan.
Adapun untuk rata-rata produksi per tahunnya mencapai 600 juta ton. Berdasarkan data dari Minerba One Data Indonesia (MODI), sampai Juli 2022, tercatat total produksi batu bara di Indonesia mencapai 366,82 juta ton.
Total produksi tersebut dengan rincian 100,73 juta ton untuk realisasi domestik, 133,82 juta ton untuk realisasi ekspor, dan 54,03 juta ton untuk domestic market obligation atau DMO.
Angka tersebut meningkat dari tahun lalu yang hanya mencapai 328,75 juta ton untuk realisasi produksinya.
Baca Juga: Viral Isu Setoran Tambang ke Petinggi Polisi, Pengamat Desak Kapolri Segera Mengusutnya
Adapun pengusaha yang masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia karena batu bara, di antaranya Aburizal Bakrie dengan perusahaan PT Bumi Resources Tbk (BUMI).
BUMI memiliki anak usaha Kaltim Prima Coal yang merupakan produsen batu bara terbesar di Indonesia dan PT Arutmin Indonesia yang merupakan produsen batu bara terbesar ke-8 di Indonesia.
Lalu ada Kiki Barki dengan PT Harum Energy Tbk (HRUM) dan Low Tuck Kwong pemilik PT Bayan Resources Tbk (BYAN).
Kemudian Boy Thohir, TP Rachmat dan Edwin Soeryadjaya lewat Adaro Energy. Adaro adalah produsen batu bara terbesar kedua di Indonesia.
Adaro pertama kali melantai di bursa tahun 2008 silam dan berhasil memperoleh dana penawaran umum atau initial public offering (IPO) terbesar sepanjang sejarah yang baru-baru ini rekornya dipecahkan oleh Bukalapak.
Penulis : Dina Karina Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : KOMPAS TV