> >

JK Tegur Sri Mulyani karena Sering Bicara Resesi, Stafsus Menkeu: Tujuan Pak JK Baik

Ekonomi dan bisnis | 3 November 2022, 14:24 WIB
Staf Khusus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo menanggapi teguran mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. (Sumber: @prastowoyustinus)

Menurut JK, ekonomi Indonesia bisa tetap tumbuh karena banyak mengambil peluang dari dampak Perang Rusia-Ukraina.

Perang tersebut menyebabkan krisis energi dan krisis pangan, yang membuat biaya hidup di banyak negara jadi sangat tinggi, serta bencana kelaparan di negara-negara miskin. 

Baca Juga: Sri Mulyani Sebut Dunia Bakal Resesi di 2023, Ini Pilihan Investasi yang Tahan Krisis Ekonomi

"Ada peluang dari krisis energi dan pangan, justru berikan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Buktinya kita jual batu bara, supply mereka dengan batu bara, yang harganya naik. Pengusaha dapat keuntungan tinggi, di samping itu negara tentu dapat pendapatan pajak daripada ekspor," ungkap Jusuf Kalla. 

"Itu bisa kurangi defisit, ada positifnya neraca perdagangan kita jadi lebih baik, lebih surplus," tambahnya.

Di sisi lain, ia mengakui nilai tukar rupiah melemah imbas dari krisis. Namun hal itu juga bisa dimanfaatkan dengan menggenjot ekspor, karena produk dari Indonesia menjadi murah. 

"Dalam krisis mata uang misalnya nilai dolar yang sedang naik. Pengalaman krisis terdahulu juga bagi daerah-daerah penghasil komoditas di luar Jawa malah kesempatan meraih keuntungan besar," ujar politisi senior Partai Golkar itu. 

Baca Juga: Inflasi Tinggi di AS, Sri Mulyani Makan Taco dan Burrito Seharga Rp200.000

Booming komoditas ini pada akhirnya membantu pemerintah menjalankan roda perekonomian. Karena mendapat tambahan pemasukan hingga ratusan triliun rupiah. 

"Hal itu tentunya akan menghasilkan keuntungan yang sangat tinggi bagi pengusaha dan bagi negara mendapatkan keuntungan pajak ekspor hampir Rp400 triliun yang dapat membantu mengurangi defisit perekonoman," lanjutnya. 

Ia pun meminta masyarakat untuk tetap optimistis di sisa tahun ini dan juga tahun 2023. Ia menegaskan, Indonesia pernah bertahan saat Amerika Serikat mengalami krisis keuangan pada 2008. 

Saat itu perekonomian Indonesia masih bisa tumbuh 4,5 persen. 

"Karena krisis ekonomi dunia tidak berarti tersambung ke negara dan belahan lain dunia. Tidak seperti itu," tandasnya.

Penulis : Dina Karina Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : KOMPAS TV


TERBARU