> >

Apindo: Pesanan Anjlok 50 Persen, PHK akan Terjadi di Sektor Alas Kaki dan Garmen

Ekonomi dan bisnis | 26 Oktober 2022, 09:54 WIB
Ilustrasi pekerja alas kaki dan garmen. Ketua Bidang Ketenagakerjaan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Anton J. Supit menyatakan, pemutusan hubungan kerja (PHK) juga akan terjadi di sektor bisnis garmen atau pakaian dan alas kaki. (Sumber: Kompas.tv/Ant)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Ketua Bidang Ketenagakerjaan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Anton J. Supit menyatakan, pemutusan hubungan kerja (PHK) juga akan terjadi di sektor bisnis garmen atau pakaian dan alas kaki. 

Padahal sepanjang tahun ini, PHK lebih banyak terjadi di startup atau perusahaan teknologi. Menurut Anton, PHK terjadi di 2 sektor tersebut karena pesanan dari konsumen anjlok hingga 50 persen. 

Selama ini, sektor alas kaki dan garmen banyak mengekspor produknya ke Eropa dan Amerika Serikat. Sedangkan perekonomian dua wilayah itu sedang melemah imbas Perang Rusia-Ukraina, krisis energi, dan naiknya biaya hidup. 

"Ada komoditas garmen dan sepatu itu karena permintaan dunia khususnya pasar Eropa dan Amerika menurun sekali, sehingga sepatu itu ordernya menurun sekali rata rata 50 persen, garmen rata rata 30 persen. Jadi pabrik-pabrik ini mengalami masalah sekarang dan ada ancaman PHK juga," kata Anton saat dihubungi Kompas TV, Rabu (26/10/2022).

Baca Juga: Gelombang PHK Industri Tembakau Bakal Tak Terbendung, Ini Alasannya

Anton menjelaskan, jika orderan menurun, otomatis perusahaan sangat kesulitan membayar gaji karyawan. Ia memprediksi sepinya orderan alas kaki dan garmen juga berlanjut hingga 2023. 

Hal itu seiring ramalan banyak pihak, akan resesi ekonomi yang melanda banyak negara dunia tahun depan.

"Garmen dan sepatu ini diprediksi sampai akhir 2023, akhir tahun depan, karena orderannya itu," ujar Anton. 

Anton mengakui, apa yang dialami sektor-sektor tersebut adalah risiko bisnis seperti yang dialami startup dan sektor teknologi. Sedangkan banyak juga sektor lain yang  justru mendapat berkah dari ketidakpastian kondisi global. Seperti sektor komoditas. 

Baca Juga: Tak Bertemu Pihak Istana, Massa Buruh Serukan Tolak PHK di Tengah Ancaman Resesi 2023

"Saya kira itupun yang dialami oleh startup dan lain-lain, karena risiko bisnis. Itu situasi memang, tidak bisa kita generalisasi seakan-akan semua bermasalah ya, ada juga yang baik dan ada yang belum beruntung karena situasi dunia," ungkap Anton. 

Anton menyuarakan permintaan pelaku bisnis alas kaki dan garmen. Mereka mengaku kondisinya semakin tertekan karena banyak produk selundupan, yang membuat produk mereka makin ditinggalkan konsumen dalam negeri. 

Mereka juga meminta pemerintah membuat aturan soal pengurangan jam kerja pada pekerja garmen dan alas kaki. 

Baca Juga: Intel Corp yang Bakal PHK 22.700 Karyawan Gara-Gara Pasar Melemah dan Kinerja Perusahaan Turun

"Makanya kalau dari garmen mereka minta penyelundupan itu diberantas, seperti banyak pakaian bekas yang masuk, faktanya ada dan banyak di pasar. Itu kan tugas pemerintah memberantas," tutur Anton. 

"Kita tidak mungkin terus menerus mempertahankan pekerja saat nggak ada orderan atau nggak ada kerjaan. Untuk mengurangi masalah PHK, kepada pemerintah kita meminta ada satu kebijakan untuk mengurangi jam kerja ada payung hukum untuk itulah. Tetapi sistemnya no work no pay," tambahnya.

Penulis : Dina Karina Editor : Iman-Firdaus

Sumber :


TERBARU