Mark Zuckerberg Akan PHK 12.000 Karyawan, Tambah Lagi Perusahaan Teknologi Goyah karena Resesi
Ekonomi dan bisnis | 10 Oktober 2022, 10:23 WIB"Tim kepemimpinan telah memutuskan bahwa kami tidak akan mengambil kompensasi tunai sampai keuangan perusahaan bisa mandiri," kata Chief Executive Officer Sea Ltd. Forrest Li.
“Kita sekarang dapat melihat bahwa ini bukan badai yang berlalu dengan cepat: kondisi negatif ini kemungkinan akan bertahan hingga jangka menengah," ujarnya.
Forrest Li mengakui saat ini bisnis sedang sulit. Yakni di era kenaikan suku bunga, inflasi tinggi, dan pasar yang bergejolak.
Baca Juga: Ancaman Resesi Global 2023, Ekonom: Tetap Konsumsi dan Belanja Seperti Biasa
Seperti diketahui, bank sentral di berbagai negara khususnya Amerika Serikat, telah beberapa kali menaikkan suku bunga acuannya. Hal itu membuat investor global mengalihkan investasi mereka ke instrumen yang lebih aman atau safe haven.
Misalnya emas, surat utang pemerintah AS, hingga menyimpan aset dalam mata uang dollar AS. Investor juga mempertanyakan prospek keuntungan perusahaan teknologi dan harga saham perusahaan teknologi yang terus menurun.
Akibatnya, Sea Ltd telah kehilangan kapitalisasi pasar sekitar 170 miliar dollar AS.
"Dengan investor yang melarikan diri untuk investasi 'safe haven', kami tidak mengantisipasi untuk dapat mengumpulkan dana di pasar," ujar Li.
"Tujuan utama perusahaan untuk 12 hingga 18 bulan ke depan adalah untuk mencapai arus kas positif sesegera mungkin," sambungnya.
Selain mengurangi karyawan, Sea Ltd juga membatasi perjalanan bisnis dengan hanya menggunakan penerbangan ekonomi dan biaya makan perjalanan dibatasi hingga 30 dollar AS per hari.
Baca Juga: Luhut: Katanya Saya Populer, Tapi Saya Tak Ingin Jadi Calon Presiden
Mereka juga membatasi pengeluaran untuk menginap di hotel untuk perjalanan bisnis menjadi 150 dollar per malam dan memotong penggantian untuk tagihan makan dan hiburan.
“Satu-satunya cara bagi kami untuk membebaskan diri dari ketergantungan pada modal eksternal adalah menjadi mandiri, menghasilkan cukup uang untuk semua kebutuhan dan proyek kami sendiri,” tuturnya.
Sementara itu, Ekonom Wakil Direktur INDEF Eko Listiyanto mengatakan, bukan tidak mungkin akan terjadi PHK lagi oleh perusahaan sejenis di Indonesia.
"Bagi perusahaan yang masih mengandalkan permodalan dari luar negeri, memang lebih berisiko terdampak resesi global," ujar Eko saat dihubungi Kompas TV beberapa waktu lalu.
"Apalagi jika ada perusahaan yang mendapat pendanaan dari venture capital yang sama dengan yang mendanai Shopee. Bukan tidak mungkin mereka akan kesulitan modal sehingga akhirnya mem-PHK karyawannya," kata Eko.
Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti
Sumber :