Harga Sayur Tiarap, Petani Lebih Pilih Hasil Panen Disumbangkan, Dibuang ataupun Dibagi Cuma-cuma
Ekonomi dan bisnis | 30 September 2022, 08:37 WIBMAGELANG, KOMPAS.TV – Petani di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah saat ini tak antusias menjual hasil panen sayurnya. Pasalnya, dua bulan terakhir harga sayur anjlok.
Kepala Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Andoko menuturkan, kubis dan tomat yang paling terdampak penurunan harga. Harga kubis yang tiga bulan lalu berkisar Rp 8.500-Rp 9.000 per kg kini anjlok hanya menjadi Rp 500 per kg.
Sedangkan harga tomat yang sebelumnya mencapai Rp 13.000 per kg, kini hanya berkisar Rp 700-Rp 1.000 per kg.
Dengan demikian, lantaran dianggap tidak memberikan hasil yang menjanjikan, sebagian sayuran akhirnya disumbangkan. Sumbangan sayur itu tidak hanya dilakukan secara massal oleh kelompok tani ataupun gabungan petani di tingkat dusun, tetapi juga setiap petani secara pribadi.
Kegiatan menyumbangkan sayuran di Dusun Mantran Wetan ini desbutkan sudah dilakukan lebih dari lima kali.
“Dalam satu kali kegiatan, volume sayuran yang disumbangkan mencapai 500 kilogram (kg) hingga 1 kuintal,” kata Andoko, Kamis (29/9/2022), seperti dikutip dari Kompas.id.
Sumbangan sayuran itu biasanya diberikan kepada pondok pesantren, panti asuhan, ataupun kepada kelompok masyarakat yang kurang mampu.
Baca Juga: Panen Raya 200 Ton Lebih, Petani dan Pedagang di Aceh Malah Buang Hasil Panen Tomatnya
Sekretaris Desa Girirejo Santoso turut mengungkapkan, selain membagikan langsung kepada penerima, sebagian petani menyumbangkan sayuran dengan cara membuka lahan dan mempersilakan siapa pun datang untuk memanen secara gratis.
”Pada kondisi harga anjlok seperti sekarang, petani bahkan enggan memanen dan menjual karena kegiatan memanen dan mengangkut sayuran saja sudah cukup memberikan tambahan biaya yang makin memperbesar kerugian,” ujar Santoso yang juga sebagai salah satu petani yang mengalami dampak kerugian karena turunnya harga sayuran.
Ia menanam kubis dengan biaya modal Rp 17 juta. Kini ia merugi karena hasil penjualan sayuran yang didapatkan hanya mencapai sekitar Rp 12 juta.
Supadi, petani lainnya, mengaku, kegiatan menyumbangkan sayuran menjadi hal yang dianggap lumrah, rutin dilakukan petani.
Kalangan petani pun tidak berkeberatan ketika kemudian mereka juga harus menanggung biaya transportasi untuk mengantarkan sayuran ke tempat-tempat yang dianggap memerlukan sumbangan.
“Pada dasarnya kami sudah ikhlas menyumbang,” ujarnya.
Untuk diketahui, penurunan harga sayuran ini justru terjadi saat hasil panen optimal dan berlimpah ruah. Khusus untuk hasil panen kubis dan tomat saja, misalnya, mampu mencapai 100 ton per hektar.
Luas lahan pertanian di Dusun Mantran Wetan terdata mencapai 60 hektar dan kini sebagian besar menghasilkan panen kubis, sawi, dan tomat.
Penulis : Fransisca Natalia Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas.id