Sejarah Sejumlah Negara yang Krisis Malaise atau The Great Depression Akibat Resesi AS
Ekonomi dan bisnis | 27 September 2022, 16:10 WIBJAKARTA. KOMPAS.TV – The Great Depression (depresi besar) atau disebut juga dengan krisis malaise merupakan kondisin menurunnya tingkat ekonomi secara dramatis di seluruh dunia. Pertama kali terjadi di tahun 1929 yang dimulai di Amerika Serikat.
Tak hanya di AS, depresi besar ini juga mempengaruhi hampir setiap negara di dunia termasuk negara-negara Eropa. Namun, tanggal dan besaran penurunan bervariasi secara substansial di berbagai negara.
Melansir dari History dan econlib.org, secara singkat, depresi tersebut berawall dari anjloknya bursa saham New York Wall Street (NYSE) pada Oktober 1929. Pada 24 Oktober 1929, berbondong-bondong menjual sahamnya. Akhirnya, 12,9 juta saham saham diperdagangkan pada hari itu, yang dikenal sebagai 'Black Thursday'.
Lima hari kemudian, pada 29 Oktober atau 'Black Tuesday', sekitar 16 juta saham diperdagangkan setelah gelombang kepanikan melanda Wall Street. Jutaan saham akhirnya menjadi tidak berharga, dan para investor yang telah membeli saham dengan uang pinjaman merugi sepenuhnya.
Jatuhnya bursa saham tersebut, ditambah lagi oleh jatuhnya standar emas yang mempunyai peran vital dalam siklus ekonomi dunia.
Baca Juga: Hampir Sama, Ini Perbedaan Resesi dan Depresi Ekonomi
Artinya, negara-negara yang patuh terhadap Gold Standard atau acuan harga emas yang ditetapkan di AS, dan berpatokan pada kurs dolar terseret dalam kesengsaraan ekonomi. Negara-negara Eropa yang terlibat perang menjadi yang paling menderita saat itu.
Di sebagian besar negara, seperti Inggris, Prancis, Kanada, Belanda, dan negara-negara Nordik, depresi tidak terlalu parah dan lebih pendek, mayoritas berakhir pada tahun 1931.
Negara-negara tersebut tidak mengalami krisis perbankan dan keuangan seperti yang dialami Amerika Serikat, dan sebagian besar meninggalkan standar emas lebih awal daripada yang dilakukan Amerika Serikat.
Britania Raya misalnya, berjuang dengan pertumbuhan dan resesi yang rendah selama sebagian besar paruh kedua tahun 1920-an. Namun, negara ini tidak mengalami depresi berat hingga awal tahun 1930, dan penurunan produksi industri dari hului ke hilir kira-kira hanya sepertiga dari Amerika Serikat.
Penulis : Fransisca Natalia Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV