Utang Luar Negeri Indonesia Turun, Bank Indonesia Jelaskan Penyebabnya
Ekonomi dan bisnis | 15 September 2022, 14:28 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Bank Indonesia mencatat posisi utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Juli 2022 sebesar 400,4 miliar dolar AS atau sekitar Rp5.960 triliun (kurs Rp14.900). Ada penurunan ULN dari bulan Juni 2022 yang sebesar 403,6 miliar dolar AS.
Secara tahunan, ULN Juli 2022 turun 4,1 persen dari Juli 2021.
Meski turun dihitung dari tahun lalu, ULN sekarang masih 4,8 miliar dollar AS lebih besar di banding triwulan III 2019. Hal ini dikarenakan meningkatnya ULN swasta, termasuk BUMN, dari 198,5 miliar dollar AS menjadi sebesar 206,3 miliar dolar AS.
Kepala Departemen Komunikasi BI menjelaskan, khusus penurunan tahun ini dibanding tahun lalu terjadi karena penurunan ULN sektor publik (Pemerintah dan Sentral) maupun sektor swasta.
Untuk ULN Pemerintah pada Juli 2022 sebesar 185,6 miliar dolar AS, lebih rendah dari posisi bulan sebelumnya sebesar 187,3 miliar dolar AS. Secara tahunan, ULN Pemerintah juga turun sebesar 9,9 persen (yoy).
Bahkan, ULN Pemerintah ini turun dibandingkan triwulan III 2019 yang sebesar 197,1 miliar dolar AS.
"Penurunan ULN Pemerintah terjadi akibat adanya pergeseran penempatan dana oleh investor nonresiden di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik, sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global," kata Erwin dalam siaran persnya, Kamis (15/9/2022).
Baca Juga: Hary Tanoe Angkat Mantan Ketum PBNU Said Aqil Siroj Jadi Komisaris Utama Anak Usaha MNC Group
Instrumen pinjaman mengalami kenaikan posisi dari bulan sebelumnya yang digunakan untuk mendukung pembiayaan program dan proyek. Baik untuk penanganan Covid-19, pembangunan infrastruktur maupun untuk pembangunan proyek dan program lainnya.
ULN Pemerintah itu digunakan untuk memenuhi pembiayaan sektor produktif dan kebutuhan belanja prioritas.
Antara lain mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (24,5 persen dari total ULN Pemerintah), sektor jasa pendidikan (16,5 persen), sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (15,1 persen), sektor konstruksi (14,2 persen), dan sektor jasa keuangan dan asuransi (11,8 persen).
"Posisi ULN Pemerintah relatif aman dan terkendali jika dilihat dari sisi refinancing risk jangka pendek, mengingat hampir seluruhnya merupakan ULN dalam jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,7 persen dari total ULN Pemerintah," ujar Erwin.
Baca Juga: Biar Uang Enggak Dimakan Rayap, Simak Produk Tabungan di Bank Bebas Biaya Admin
Sedangkan ULN swasta juga melanjutkan tren penurunan. Posisi ULN swasta pada Juli 2022 tercatat sebesar 206,3 miliar dolar AS, menurun dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya sebesar 207,7 miliar dolar AS.
Secara tahunan, ULN swasta juga turun 1,2 persen (yoy). Erwin menyebut hal itu disebabkan oleh turunnya ULN lembaga keuangan (financial corporations) dan perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporation).
Berdasarkan sektornya, ULN swasta terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi; sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin; sektor industri pengolahan; serta sektor pertambangan dan penggalian, dengan pangsa mencapai 77,3 persen dari total ULN swasta.
Baca Juga: Ketua MPR Singgung Kenaikan Utang Jadi Beban, Sri Mulyani Sebut Kerja Keras 2 Tahun
"ULN Indonesia pada bulan Juli 2022 tetap terkendali, tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang tetap terjaga di kisaran 30,7 persen, menurun dibandingkan dengan rasio pada bulan sebelumnya sebesar 31,8 persen," tutur Erwin.
Ia menambahkan, struktur ULN Indonesia tetap sehat. Ditunjukkan oleh ULN Indonesia yang tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang, dengan pangsa mencapai 86,8 persen dari total ULN.
Penulis : Dina Karina Editor : Purwanto
Sumber : KompasTV